IMF Ramal China Bakal Masuk Jurang, Awas RI Terseret!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
18 October 2023 14:00
Logo IMF. (REUTERS/Yuri Gripas/File Photo)
Foto: Logo IMF. (REUTERS/Yuri Gripas/File Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional memperingatkan negara-negara di kawasan ASEAN menghadapi potensi perlambatan ekonomi akibat kian amblesnya pertumbuhan ekonomi China.

Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Krishna Srinivasan mengatakan, perlambatan ekonomi China yang semakin dalam pada 2024 dan 2025 akan berdampak langsung pada negara-negara kawasan karena hubungan yang sangat erat antara keduanya, baik dari sisi perdagangan maupun investasi.

"Jadi, ada hubungan yang sangat erat antara ASEAN dan Cina. Jadi, sejauh China melambat, ASEAN juga akan melambat," kata dia saat konferensi pers Regional Economic Outlook for Asia and Pacific, dikutip Rabu (18/10/2023).

Krishna menggambarkan, keterkaitan itu dengan menunjukkan rata-rata tren pengaruh perlambatan ekonomi China terhadap ASEAN, yakni setiap penurunan 1 poin persentase pertumbuhan ekonomi China, pertumbuhan di negara-negara lain akan melambat 0,3 poin persentase.

"Jadi, ketika China melambat, setiap ekonomi di kawasan ini cenderung melambat. Dan jika Anda melihat proyeksi kami untuk negara-negara ASEAN, kami telah memproyeksikan pertumbuhan yang lebih lambat tahun ini sebagian karena perlambatan ekonomi China," kata Krishna.

IMF memperkirakan, China akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi pada 2024 menjadi 4,2% dari sebelumnya di level 5%. Lalu, perlambatan konsisten terjadi hingga ke level 4,1% pada 2025.

IMF mengungkapkan, proyeksi perlambatan ekonomi China ini didasari pada menurunnya produktivitas domestik, masyarakat yang menua atau aging population, hingga kurangnya kemampuan untuk kembali menyeimbangkan struktur ekonominya setelah sektor pendorong utamanya yakni real estate ambruk.

"Sektor real estat di China sedang bergulat dengan tekanan lebih lanjut pada pembayaran utang, penjualan rumah, dan investasi. Berdasarkan kelemahan-kelemahan ini, kami telah merevisi turun proyeksi pertumbuhan China menjadi 5 persen untuk 2023 dan 4,2 persen untuk 2024," ucap Krishna.

Bagi Indonesia, China merupakan negara mitra dagang utama. Pangsa ekspor Indonesia ke China pada Januari-September 2023 mencapai 25,15% dan itu pun naik dari periode Januari-September 2022 sebesar 21,81%.

Sementara itu, dari sisi impor, porsinya jauh lebih besar lagi mencapai 32,92% sendiri, meski turun dari catatan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 33,88%.

Untuk Indonesia sendiri, IMF memperkirakan, pertumbuhan ekonominya akan stagnan di level 5% dari 2023 hingga 2025. Daya tahan ini ditopang oleh kebijakan makro ekonomi yang masih sangat baik meredam gejolak global dan pengendalian harga di dalam negeri.

"Inflasi telah terkendali dengan kebijakan bank sentral menaikkan suku bunga. Kebijakan fiskal juga sangat terkendali dan sangat hati-hati. Jadi, kebijakan-kebijakan makroekonomi semuanya yang saya sebut, baik," ucapnya.

"Dan, ada dinamisme ekonomi yang sangat melekat pada ekonomi Indonesia dan itulah yang menjelaskan mengapa Indonesia memiliki pertumbuhan sebesar 5%," ucap Krishna.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Top! RI Diramal Sukses Lewati China & AS Tahun Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular