
Raksasa China Mau Bangkrut Lagi, Sebut Susah Bayar Utang

Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa properti China, Country Garden memberi peringatan Selasa (10/10/2023). Perusahaan blak-blakan menyebut tidak mampu memenuhi kewajiban utang luar negerinya.
Mengutip Reuters, situasi ini berpotensi membuat pengembang properti itu gagal bayar. Sejauh ini Country Garden memang belum default meski namun telah melewatkan pembayaran kupon beberapa obligasi dolar sejak bulan lalu dan menghadapi akhir masa tenggang 30 hari untuk melakukan pembayaran yang dimulai minggu depan.
"Kami tidak akan dapat memenuhi seluruh kewajiban pembayaran luar negeri ketika jatuh tempo atau dalam masa tenggang yang relevan," kata perusahaan tersebut dalam keterbukaan di bursa Hong Kong.
Perusahaan itu kemudian menambahkan bahwa tidak adanya pembayaran dapat menyebabkan kreditor menuntut percepatan pembayaran. Bahkan, mengambil tindakan penegakan hukum.
Peringatan Country Garden memperlihatkan tekanan likuiditas yang belum pernah terjadi sebelumnya di sektor properti China, yang menyumbang sekitar seperempat perekonomian. Ini juga melemahkan penjualan, sehingga mengaburkan prospek bagi para pengembang.
Sejauh ini China telah meluncurkan serangkaian langkah-langkah dalam beberapa bulan terakhir, termasuk mengurangi persyaratan deposito dan memotong suku bunga hipotek yang ada untuk membantu memperbarui kepercayaan pembeli rumah. Namun meningkatkan kekhawatiran utang para pengembang sepertinya tidak akan membantu mencapai tujuan tersebut.
Di sisi lain, Country Garden, yang memiliki obligasi luar negeri senilai US$10,96 miliar dan pinjaman luar negeri senilai 42,7 miliar yuan, mengatakan pihaknya menghadapi ketidakpastian signifikan mengenai pelepasan aset. Sementara posisi kasnya masih berada di bawah tekanan.
Pengembang mengatakan telah menunjuk Houlihan Lokey, China International Capital Corporation (CICC), dan firma hukum Sidley Austin sebagai penasihat untuk memeriksa struktur permodalan dan posisi likuiditas serta merumuskan solusi holistik. Perusahaan menambahkan bahwa pihaknya akan bekerja sama dengan para penasihat untuk mengembangkan solusi yang paling pragmatis dan optimal bagi seluruh pemangku kepentingan seraya meminta kesabaran dari para kreditor.
Sementara itu analis Morningstar, Jeff Zhang, mengatakan apakah perusahaan akan gagal bayar bergantung pada hasil restrukturisasi utang luar negeri. Fase dua minggu ke depan akan menjadi sangat penting.
"Kami tidak memperkirakan likuiditas Country Garden akan meningkat secara signifikan karena pembeli rumah dan lembaga keuangan akan terus menunggu," katanya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Evergrande Jilid 2: Lagi, Raksasa Properti China Mau Bangkrut