
Alasan di Balik Tambah Impor Beras 1,5 Juta Ton Terungkap

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah berencana menambah impor beras sebanyak 1,5 juta ton hingga akhir tahun 2023 untuk menambah pasokan cadangan beras pemerintah (CBP). Menurut Plt Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi, kuota impor yang sudah diberikan sebelumnya sebanyak 2 juta ton dianggap belum cukup sehingga harus ditambah.
"Kan sudah lihat neracanya kan, kalau di akhir tahun Oktober, November, Desember itu kan semuanya di bawah 2 juta ton. 1,6 atau 1,1.. ditambah El Nino," kata Arief saat ditemui di Gedung E Kementerian Pertanian (Kementan) Jakarta, Selasa (10/10/2023).
Dia memaparkan, alasan penambahan impor beras itu untuk mengisi ulang stok beras yang ada di gudang Perum Bulog. Di mana, di saat bersamaan, pemerintah tengah menjalankan sejumlah program penyaluran bantuan beras dan operasi pasar Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
"Kalau kebutuhan sebulannya itu 2,5 juta ton, walaupun ada carry over dari tahun lalu 4 juta, tapi kan stoknya di masyarakat. Kan Bulog mesti men-top up stoknya, ada program bantuan pangan, SPHP. Kita sepakat bahwa Bulog itu harus punya stok level di atas 1 juta," jelasnya.
Apabila stok level beras pemerintah berada di bawah 1 juta, lanjutnya, kemudian panen dari produksi dalam negeri hanya sekitar 1,1 juta sampai dengan 1,6 juta ton, maka akan terjadi perebutan gabah di tingkat petani.
"Karena rebutan gabah di tingkat petani, maka harganya pasti akan naik. Katanya tidak mau harga tinggi, tapi harga petaninya juga gak boleh turun, produksinya kurang, jadi harus ngapain? Impor," terang Arief.
Meskipun dirinya saat ini juga menjabat sebagai Plt Mentan, Arief tak menampik kalau produksi dari dalam negeri masih terbilang kurang, sehingga masih membutuhkan bantuan pengadaan dari luar negeri.
"Padahal saya Plt Menteri Pertanian loh, tapi harus melakukan itu (impor) demi apa? supaya kita punya ketersediaan stok. Pertanian sebetulnya fokus produksi, tetapi hari ini saya harus menyampaikan kalau produksinya walaupun surplus tapi tipis, jadi perlu bantuan pengadaan luar negeri untuk top up stok levelnya Bulog," ujarnya.
Arief menekankan produksi padi dari dalam negeri surplus, namun surplusnya tipis atau sangat sedikit. "Produksinya ada tapi pas, kebutuhan satu tahun 30,5 juta ton, produksinya 31,8 juta ton sehingga surplusnya 1,3 juta ton," kata Arief.
"Kalau satu tahun surplusnya 1,3 juta ton, kebutuhan sebulannya 2,5 juta ton, kan cuman setengah bulan. (Sedangkan) grafik panennya di semester 1, semester 2 turun terus. Nah kalau di semester 2 itu memang polanya turun berarti masih bulan September-Oktober, kemudian stok kita nggak di top up di Bulog, harganya pasti terbang, maka harus kita jagain," pungkasnya.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Perintahkan Tambah Stok Beras, Impor Ditambah Lagi?