
Rupiah Anjlok, Chatib Basri Bagikan Sebab & Solusinya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah tengah terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipicu oleh selisih suku bunga di AS dan pasokan dolar di Indonesia yang tipis.
Rupiah bahkan ditutup di angka Rp15.605/US$ atau melemah 0,03% terhadap dolar AS per akhir pekan ini (6/10/2023), menurut data Refinitiv.
Menteri Keuangan di era Presiden SBY M. Chatib Basri buka suara terkait pelemahan rupiah ini. Dia meyakini The Fed akan menaikkan Fed Fund Rate (FFR) 1 kali lagi tahun ini.
"Artinya FFR mungkin akan par dengan BI rate. Dengan kondisi ini ada resiko outflow dari Indonesia. Ini menjelaskan mengapa rupiah melemah beberapa waktu terakhir," papar Chatib di laman Instagram miliknya @chatibbasri, dikutip Senin (9/10/2023).
Kondisi ini mengingatkan pada teori the impossible trinity. The impossible trinity atau trinitas mustahil adalah trilema ekonomi dimana penerapan tiga kebijakan - yakni kebijakan moneter independen, nilai tukar dipatok, dan keterbukaan arus modal.
Menurut Chatib, the impossible trinity mengajarkan bahwa jika BI ingin memiliki independen monetary policy, maka nilai tukar bergerak mengikuti pasar dan modal bergerak bebas.
BI tak mungkin sepenuhnya mengadopsi floating exchange rate. Pasalnya, ungkap Chatib, depresiasi yang terlalu tajam dapat membuat exchange rate overshoot & ada trauma krisis 1998.
Sebaliknya BI juga tidak bisa menaikkan interest rate tinggi sekali karena akan memukul pertumbuhan ekonomi.
"Bila BI ingin menjaga rupiah, maka opsinya adalah menaikkan bunga mengikuti FFR utk menjaga paritas bunga, atau intervensi di FX mkt atau kombinasi keduanya," tegasnya.
"Dugaan saya saat ini yang dilalukan adalah intervensi FX market," tambah Chatib.
Intervensi di pasar valas dilakukan dengan menambah supply dolar dan menyerap rupiah. Namun, kondisi ini berakibat likuditas rupiah menjadi lebih ketat.
Di saat yang sama, surplus fiskal yang terjadi juga membuat likuditas semakin ketat.
"Maka kita mungkin akan melihat perlambatan ekonomi di kuartal 4," ungkapnya.
Bila pelemahan rupiah terus berlangsung maka BI mungkin akan menjalankan kembali policy mix atau bauran kebijakan, yaitu intervensi di pasar valas untuk menjaga volatility (bukan pegging level rupiah), menaikkan bunga, dan menerapkan kebijakan makroprudensial.
Di sisi lain, dia mengingatkan pemerintah akan penting sekali untuk mempercepat belanja.
"El Nino adalah soal serius untuk Indonesia, kenaikan harga beras harus diantisipasi. Kenaikan harga beras punya dampak yang signifikan utk kelompok miskin dan rentan," ujarnya.
Chatib menilai jika harga beras terus naik, dan pasokan dunia terbatas, maka subsidi untuk kelompok rentan perlu diberikan.
Selain itu, perluas coverage BLT, PKH dan perlindungan sosial.
"Prioritas fiskal menjadi sangat penting. Belanja pemerintah perlu diarahkan untuk membantu kelompok menegah bawah dan rentan," ungkapnya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mantan Direktur Bank Dunia Ramal Pelemahan Rupiah Bisa Terus Berlanjut
