
Ditekan Dolar, BI Yakin Rupiah Masih Kuat Nanjak

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memprediksi nilai tukar rupiah akan menguat. Prediksi ini berdasarkan faktor fundamental ekonomi RI yang kuat meski ada tekanan dari faktor jangka pendek atau teknikal.
Hal tersebut diungkapkan Perry usai Rapat Terbatas yang dihadiri seluruh anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terkait APBN 2025, di Istana Kepresidenan, Kamis (20/6/2024).
"Dilihat dari faktor fundamental seharusnya nilai tukar kita itu akan menguat," kata Perry saat memberikan keterangan pers.
Perry menjelaskan, dari faktor fundamental terlihat tingkat inflasi RI masih di bawah 2,8% pada Mei 2024, pertumbuhan ekonomi juga tinggi mencapai 5,1% kuartal I 2024. Begitu juga dengan imbal hasil investasi juga cukup baik.
Lantas apa yang buat rupiah anjlok hingga dolar tembus Rp 16.400?
Dari faktor teknikal, Perry mengatakan ada pengaruh kepada nilai tukar untuk jangka pendek. Ia mencontohkan ketegangan geopolitik yang terjadi di Timur Tengah, Fed Fund Rate yang diperkirakan turun 3 kali namun tidak terjadi.
"Maka Bank Indonesia merespons dengan menaikkan suku bunga dan karenanya puji syukur Rupiah kita menguat dari Rp 16.000 ke Rp 15.900, itu menunjukkan bahwa Rupiah menguat begitu sentimen jangka pendek berakhir," katanya.
Sehingga menurut Perry dengan pelemahan rupiah terhadap US$ hingga tembus Rp 16.400/US$ itu disebabkan faktor teknikal.
"Faktor global masih ada, Fed Fund Rate masih tebak-tebakan sampai akhir tahun berapa kali, menurut kami cuma sekali akhir tahun saja. Kemudian kenaikan suku bunga obligasi pemerintahan Amerika yang tempo hari 4,5% naik 6% untuk membiayai utang di Amerika. Demikian juga bank sentral eropa turunkan suku bunga nah ini yang disebabkan sentimen global ini memberikan dampak ke pelemahan nilai tukar Rupiah," kata Perry.
Sementara dari sentimen dalam negeri yang membuat Rupiah anjlok karena adanya permintaan repatriasi dividen dari sektor korporasi, dan juga untuk membayar hutang.
Lebih lanjut menurut Perry persepsi sustainabilitas fiskal ke depan, memberikan tekanan terhadap nilai tukar Rupiah.
Perry menekankan secara fundamental nilai tukar rupiah masih kuat, hanya memang pergerakan per bulan itu tergantung dari sentimen jangka pendek yang terjadi. Ia juga membeberkan bahwa secara tren rupiah ini masih menguat dibandingkan mata uang lainnya.
"Karena dollar ini sangat kuat di global semua mata uang melemah. Kecuali beberapa negara seperti Rusia dan lain-lain. Hampir semua mata uang dunia melemah," sambungnya.
Ia mencontohkan rupiah hanya melemah 5,92% dari US$ dari level akhir Desember 2023. Sementara Won Korea Selatan melemah 6,78% terhadap US$, Bath Thailand 6,92%, Peso Meksiko 7,89%, Real Brasil 10,62%, Yen Jepang 10,78%.
"Jadi pelemahan rupiah itu masih relatif baik dan ke depan akan menguat. Fundamentalnya ke arah sana," kata Perry.
(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mantan Direktur Bank Dunia Ramal Pelemahan Rupiah Bisa Terus Berlanjut