Pakai Energi Baru, Biaya Listrik Bisa Ikutan Naik!

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
03 October 2023 16:30
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Ulumbu, Pembangkit EBT yang berlokasi di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur dengan kapasitas total 10 MW. (Dok PLN)
Foto: Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Ulumbu, Pembangkit EBT yang berlokasi di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur dengan kapasitas total 10 MW. (Dok PLN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Reforminer Institute mencatat, biaya listrik dari pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) lebih mahal ketimbang biaya listrik yang dihasilkan dari energi fosil atau batu bara.

Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro mengungkapkan bahwa biaya listrik yang diproduksi dengan batu bara masih berada di bawah Rp 1.000 per KWh. Sedangkan, bila menggunakan EBT maka biaya listrik akan lebih mahal mencapai di atas Rp 1.000 per KWh.

"Jadi EBT kan sekarang mungkin kalau listrik, batu bara katakanlah di kisaran Rp 700-Rp 800, tetapi kalau yang energi baru terbarukan kan di atas Rp 1.000," beber Komaidi kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Selasa (3/10/2023).

Komaidi menilai, ada tiga skema pembiayaan yang bisa dilakukan jika menggunakan EBT sebagai sumber energi di Indonesia. Dia mengatakan bahwa bisa saja pembiayaan tersebut dibebankan kepada perusahaan listrik, kepada konsumen, ataupun disubsidi oleh pemerintah.

"Jadi cuma ada tiga pilihan itu. Dan semuanya sebetulnya menjadi beban of economic," tambahnya.

Oleh karena itu, transisi energi menuju energi yang lebih bersih diperlukan waktu yang panjang. Hal itu berarti transisi energi tidak serta merta terjadi begitu saja. "Begitu EBT-nya tetap jalan, tetapi fosilnya ketika masih diperlukan sebagai supporting, tetapi kita punya komitmen ke arah sana. Ke EBT-nya akan masuk semakin banyak," pungkasnya.

Untuk diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, mayoritas bauran energi primer pembangkit listrik di Indonesia masih berasal dari batu bara. Persentasenya tercatat sebesar 67,21% pada 2022.

Bauran energi primer pembangkit listrik dari batu bara terpantau mengalami kenaikan pada tahun lalu. Hal itu seiring dengan kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga uap yang naik menjadi 42,1 Giga Watt (GW).

Bauran energi primer pembangkit listrik terbesar kedua berasal dari gas. Proporsinya tercatat sebesar 15,96% pada tahun lalu.

Kemudian, bauran EBT baru mencapai 14,11% pada 2022. Persentasenya mengalami kenaikan dibandingkan pada 2021 yang sebesar 13,65%.

Meski ada komitmen mengakselerasi pemanfaatan energi terbarukan, masih ada perbedaan persepsi dan prioritas berbagai pembuat kebijakan tentang bagaimana proses transisi dilakukan.

Meski demikian, di sisi lain batu bara disebut bisa berperan dalam transisi energi dan meningkatkan energi ramah lingkungan.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PLTU Batu Bara Tergusur, Ini Bukti Nyatanya..

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular