
Rahasia Akhirnya Terbongkar, Pemicu Tanah Abang Sepi Parah

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar Tanah Abang dikenal sebagai pusat grosir tekstil dan produk tekstil (TPT). Tak hanya memasok barang ke penjuru wilayah Indonesia, bahkan pasar ini sempat dijuluki pusat perbelanjaan terbesar se-Asia Tenggara.
Kini, pasar 'raksasa' ini mengalami kondisi tak mengenakkan. Satu per satu toko di Tanah Abang dikabarkan tutup. Bahkan, lantai 3A-lantai 5 blok B dan blok A terpantau sepi dan gelap karena ditinggal tenant.
Pemandangan di Tanah Abang, hampir semua area, kini lengang. Lalu lalang pembeli kini jarang, tak seperti dulu bahkan sampai bersenggolan di gang-gang toko.
Lalu apa penyebab geliat di Tanah Abang kian redup?
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan, kondisi di Pasar Tanah Abang saat ini salah satu bukti pusat-pusat perbelanjaan di Tanah Air mengalami situasi berbeda. Karena itu, ujarnya, membutuhkan analisis dan solusi berbeda, kasus per kasus.
"Pasar Tanah Abang identik dengan pusat grosir. Artinya, customer di sana adalah pedagang, pusat grosir ke seluruh penjuru Indonesia, Aceh sampai Papua. Konsumen yang membeli untuk dijual kembali. Bahkan, sampai ke laur negeri, Pasar Tanah Abang ini terkenal," katanya dalam Properti Point CNBC Indonesia, dikutip Jumat (29/9/2023).
Karena konsumen utama Pasar Tanah Abang adalah pedagang, jelas Alphonzus, tentu akan mencari barang yang murah dengan kualitas bagus.
"Saat ini, pedagang di Tanah Abang ini bersaing dengan seluruh dunia, karena online. Pedagang yang tadinya notabene dapat penawaran dari seluruh dunia, kini pun bersaing dengan seluruh dunia," tuturnya.
"Sekarang, dengan online, semua bisa ditembus. Artinya, pembeli dari Aceh-Papua tak perlu lagi ke Tanah Abang. Duduk di rumah, masing-masing menawarkan produknya dari seluruh dunia dari rumah. Karena begitu terbukanya dengan online tadi," kata Alphonzus.
Kondisi ini, katanya, membedakan situasi yang dialami mal-mal yang kini masih sepi meski tak ada lagi PPKM karena pandemi Covid-19.
![]() Pasar Tn Abang (CNBC Indonesia/Tri Susilo) |
Sebab, jelasnya, mal-mal tersebut sepi terutama bukan karena kalah bersaing dengan belanja online. Karena, setelah PPKM dicabut, orang-orang kini ke mal bukan untuk berbelanja, tapi untuk menikmati pengalaman dan interaksi sosial. Kegiatan yang sempat dibatasi dengan PPKM.
"Saat pandemi, kebutuhan berbelanja relatif sudah bisa dipenuhi dengan belanja online. Karena itu, pengelola mal harus merespons ini, dan memfasilitasi kebutuhan masyarakat untuk berinteraksi sosial di mal. Tujuan utama orang ke mal sekarang bukan belanja," kata Alphonzus.
"Pasar Tanah Abang, konsumennya yang utama adalah pedagang. Sehingga dia akan mencari barang yang murah. Dia tak perlu interaksi sosial. Ini lah yang sebenarnya terjadi," tambahnya.
Untuk itu, cetusnya, perlu solusi agar pedagang Pasar Tanah Abang bisa bersaing dengan pedagang online.
"Pedagang mencari barang murah. Karena akan dijual kembali. Untuk itu, pemerintah harus mulai mengatur sistem online ini. Selama ini kan pemerintah membiarkan online dan offline ini. Artinya, tidak adil, tidak seimbang , tidak di same playing field," tukasnya.
"Pedagang offline mulai dari mengurus perizinan sudah sangat berat, tapi kalau online, nggak jelas pajak dan izinnya. Pemerintah harus bisa atur. Karena ini efeknya akan ke harga murah," jelas Alphonzus.
Dia mengatakan, persoalan yang timbul akibat persaingan online dan offline bukan lah masalah baru.
"Pemerintah yang membiarkan akibatnya pedagang offline kalah bersaing," tukasnya.
"Jadi solusinya adalah agar pemerintah mulai mengatur. Dan pedagang di Pasar Tanah Abang juga harus mulai bisa berjualan online," pungkas Alphonzus.
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Biang Kerok Pasar Tanah Abang Sepi, Bikin Pedagang Ambruk
