Anak Buah Sri Mulyani Pede Harga Minyak Masih di Bawah US$100

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
26 September 2023 16:25
Foto : REUTERS/Lucas Jackson/
Foto: REUTERS/Lucas Jackson/

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Keuangan memproyeksikan harga minyak mentah masih akan berada di bawah US$ 100 per barel pada tahun ini, meski kini tren harga minyak merangkak naik melampaui US$ 90 per barel.

Hal tersebut mempertimbangkan selisih harga dari rata-rata harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) dengan dua minyak acuan global saat ini yakni Brent dan WTI.

Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro (PKEM) Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Abdurohman mengatakan, pihaknya selalu memonitor berbagai asumsi, terutama yang berpengaruh terhadap APBN yaitu harga minyak mentah.

Dia menyebut, jika dilihat selama Januari-Agustus 2023, ICP mempunyai selisih sekitar US$ 2-3 per barel dengan Brent.

"Jadi Januari-Agustus rata-rata ICP itu baru US$ 75 per barel. Kalau misalkan kita asumsikan harga minyak atau ICP sekitar US$ 94 per barel, katakan Brent-nya sekitar US$ 96 per barel, kalau lihat gap-nya US$ 2-4 per barel. Jadi dengan 3 bulan terakhir atau 4 bulan terakhir harga minyak ada di US$ 94, maka secara rata-rata harga ICP selama 2023 ini menjadi sekitar US$ 80-85 per barel," kata dia dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Selasa (26/9/2023).

Menurutnya, angka US$ 80-85 per barel tersebut masih lebih rendah dari asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) dalam APBN 2023 yang dipatok di angka US$ 90 per barel.

"Artinya, itu masih jauh rendah dengan asumsi yang kita asumsikan di APBN 2023 yaitu US$ 90 per barel. Jadi ini menggambarkan desain APBN yang dilakukan pemerintah sangat konservatif sudah mempertimbangkan berbagai shock yang terjadi," tambahnya.

Sehingga, Abdurohman menyebut, apabila dilihat dari sisi subsidi dan kompensasi BBM, asumsi harga minyak dengan perkembangan yang ada saat ini masih di bawah dari yang ditetapkan di APBN.

"Kalau kita lihat faktor lainnya adalah mungkin depresiasi rupiah yang sekarang sedikit terdepresiasi di sisi lain juga volume, jadi kuota volume ini masih di bawah asumsi. Jadi kalau kita lihat ini masih cukup aman," katanya.

Seperti diketahui, harga minyak dunia kini sudah merangkak naik di atas US$ 90 per barel. Mengutip data Refinitiv, pada perdagangan Selasa (26/09/2023), harga minyak Brent US$ 93,21 per barel, sementara harga WTI US$ 89,67 per barel.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hitungan Tim Sri Mulyani: Untung Rugi RI Harga Minyak US$100

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular