
Kemenkeu Ungkap Efek Lonjakan Harga Minyak ke Subsidi BBM

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Keuangan mengungkapkan kenaikan harga minyak mentah global yang saat ini berada di level US$ 90 per barel masih cukup aman. Utamanya bagi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2023 untuk bisa menahan harga BBM bersubsidi.
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro (PKEM) Abdurohman mengatakan pihaknya selalu memonitor berbagai asumsi terutama yang berpengaruh terhadap APBN yaitu harga minyak mentah. Adapun jika dilihat selama Januari-Agustus 2023, ICP mempunyai selisih sekitar US$ 2-3 per barel dengan Brent.
"Kalau misalkan kita asumsikan harga minyak atau ICP sekitar US$ 94 per barel katakan brent-nya sekitar US$ 96 per barel kalau lihat gap-nya US$ 2-4 per barel. Jadi dengan 3 bulan terakhir atau 4 bulan terakhir harga minyak ada di US$ 94 maka secara rata rata harga ICP selama 2023 ini menjadi sekitar US$ 80-85 per barel," kata dia dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, Selasa (26/9/2023).
Angka tersebut tentunya jauh lebih rendah dengan asumsi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian crude price (ICP) yang berada di angka US$ 90 per barel pada APBN 2023.
"Artinya itu masih jauh rendah dengan asumsi yang kita asumsikan di APBN 2023 yaitu US$ 90 per barel, jadi ini menggambarkan desain APBN yang dilakukan pemerintah sangat konservatif sudah mempertimbangkan berbagai shock yang terjadi," tambahnya.
Sehingga, Abdurohman menyebut apabila dilihat dari sisi subsidi dan kompensasi BBM, asumsi harga minyak dengan perkembangan yang ada saat ini masih di bawah dari yang ditetapkan di APBN.
"Kalau kita lihat faktor lainnya adalah mungkin depresiasi rupiah yang sekarang sedikit terdepresiasi di sisi lain juga volume, jadi kuota volume ini masih di bawah asumsi. Jadi kalau kita lihat ini masih cukup aman," katanya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Satgas Sita Tanah Hingga Resort Mewah Milik Obligor BLBI
