Negara Ini Resmi Bangkrut, Akhirnya 'Mengemis' ke IMF
Jakarta, CNBC Indonesia - Ghana jatuh ke dalam jurang kebangkrutan setelah terlilit utang dan tak mampu membayarnya sesuai waktu yang ditentukan.
Menurut laporan The New York Times, pemerintahan Presiden Nana Akufo-Addo "tidak punya pilihan selain menyetujui pinjaman US$ 3 miliar dari pemberi pinjaman pilihan terakhir, Dana Moneter Internasional (IMF)," yang membantu menjelaskan krisis keuangan Ghana, di mana organisasi pemerintah tengah dalam krisis utang.
Media tersebut mencatat bahwa krisis keuangan mempunyai dampak yang luas, di mana banyak kontraktor memberhentikan pekerjanya, sehingga memperburuk masalah pengangguran di negara tersebut.
Emmanuel Cherry, kepala eksekutif sebuah asosiasi perusahaan konstruksi Ghana, baru-baru ini mengungkapkan bahwa pembayaran kembali pemerintah kepada kontraktor berjumlah 15 miliar cedi, atau sekitar US$ 1,3 miliar, sebelum bunga.
Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa pemerintah Ghana berutang kepada produsen listrik independen sebesar US$ 1,58 miliar dan berada dalam bahaya pemadaman listrik yang meluas.
"Pemerintah pada dasarnya bangkrut. Ini merupakan kali ke-17 Ghana terpaksa meminta bantuan dana tersebut sejak negara tersebut merdeka pada tahun 1957. Krisis terbaru ini sebagian disebabkan oleh pandemi virus corona, invasi Rusia ke Ukraina, serta harga pangan dan bahan bakar yang lebih tinggi," tulis laporan tersebut, sebagaimana dikutip dari Business Insider Africa, Senin (25/9/2023).
IMF menyajikan rencana penyelamatan yang komprehensif untuk mengatasi utang Ghana, membatasi pengeluaran, meningkatkan pendapatan, dan melindungi populasi yang paling rentan sambil melakukan negosiasi dengan kreditor asing.
Masalah ini akan menjadi topik diskusi penting di Majelis Umum PBB mendatang. Meningkatnya beban utang negara-negara berkembang, yang diperkirakan melebihi US$ 200 miliar, juga akan menjadi topik diskusi utama lainnya.
Laporan tersebut mencatat bahwa pinjaman IMF baru-baru ini membantu menstabilkan perekonomian dengan mengurangi perubahan mata uang dan meningkatkan kepercayaan. Meski inflasi masih berkisar 40%, namun sudah menurun dari puncaknya sebesar 54% pada Januari.
Pada Mei, presiden Ghana menyampaikan bahwa dana talangan IMF senilai US$ 3 miliar tidak akan serta-merta menyelesaikan masalah ekonomi negaranya.
Program IMF mengatasi permasalahan penting, namun Tsidi Tsikata, peneliti senior di Pusat Transformasi Ekonomi Afrika di Accra, yang dikutip dalam laporan tersebut, mempertanyakan apakah Ghana dapat menghindari kesulitan keuangan serupa.
(luc/luc)