
Ghana Bangkrut Gara-gara Utang, Kalau Indonesia Gimana?

Jakarta, CNBC Indonesia - Ghana resmi bangkrut, setelah pemerintahnya terlilit utang dan tak lagi mampu membayarnya terhadap kreditor internasional pada Desember lalu. Padahal, dari sisi besaran utangnya yang tak mampu dibayar hanya setara belanja pemerintah Indonesia untuk membayar gaji PNS dan pensiunannya sebulan.
Presiden Ghana Nana Akufo-Addo telah mengatakan, tak punya pilihan lain untuk mengajukan pinjaman US$ 3 miliar atau setara Rp 46,18 triliun terhadap Dana Moneter Internasional. Jumlah pinjaman Ghana ke IMF yang tak mampu dibayar itu setara dengan anggaran belanja untuk gaji PNS dan pensiun dalam sebulan.
Lalu, bagaimana sebetulnya perbandingan ekonomi Indonesia dan Ghana?
Dari sisi laju pertumbuhan ekonomi, Ghana masih jauh tertinggal dengan Indonesia yakni hanya tumbuh 3,2% secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal II 2023 dengan PDB per kapita US$2.353,04 pada 2022, sedangkan Indonesia mampu tumbuh hingga 5,17% dengan PDB per kapita US$ 4.783,26 pada 2022.
Dari sisi inflasi pun menjadi salah satu momok yang membuat awal mula Ghana bangkrut. Inflasi negara itu hingga Agustus 2023 tembus sebesar 40%, sedangkan Indonesia hanya sebesar 3,27% secara tahunan yoy. Nilai tukar mata uangnya, yakni cedi telah melemah 13% sepanjang tahun ini sedangkan Indonesia masih menguat 1,78% year to date.
Bank of Ghana menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi tersebut, sehingga merugikan dunia usaha dan rumah tangga yang bergantung pada pinjaman jangka pendek atau ingin berinvestasi. Suku bunga acuannya kini 30%, jauh lebih tinggi dari suku bunga Bank Indonesia di level 5,75%.
Dari sisi kinerja keuangan pemerintahannya pun juga jauh tertinggal dengan Indonesia. Misalnya, dari sisi pendapatan negaranya pada 2022 hanya sekitar 75,54 miliar cedi atau setara US$ 6,57 miliar (Rp 101,13 triliun). Pendapatan tersebut jauh di atas yang ditetapkan pemerintah yakni 71,95 miliar cedi.
Sedangkan Indonesia, pada keseluruhan tahun lalu, pendapatan negara Indonesia mencapai Rp 2. 635,84 triliun. Artinya, pendapatan Ghana hanya 3,8% dari pendapatan Indonesia,
Belanja pemerintah Ghana pun hanya mencapai 137,5 miliar cedi atau US$ 11,95 miliar (Rp 183,97 triliun). Jauh lebih kecil dari belanja negara Indonesia yang menembus Rp 3.096,26 triliun pada 2022. Ini berarti, belanja pemerintah Ghana hanya 5,9% dari belanja pemerintah Indonesia.
Sebagai informasi, Emmanuel Cherry, kepala eksekutif sebuah asosiasi perusahaan konstruksi Ghana, baru-baru ini mengungkapkan bahwa pembayaran kembali pemerintah kepada kontraktor berjumlah 15 miliar cedi, atau sekitar US$ 1,3 miliar, sebelum bunga.
Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa pemerintah Ghana berutang kepada produsen listrik independen sebesar US$ 1,58 miliar dan berada dalam bahaya pemadaman listrik yang meluas.
"Pemerintah pada dasarnya bangkrut. Ini merupakan kali ke-17 Ghana terpaksa meminta bantuan dana tersebut sejak negara tersebut merdeka pada tahun 1957. Krisis terbaru ini sebagian disebabkan oleh pandemi virus corona, invasi Rusia ke Ukraina, serta harga pangan dan bahan bakar yang lebih tinggi," tulis laporan tersebut, sebagaimana dikutip dari Business Insider Africa, Senin (25/9/2023).
Posisi utang pemerintah Indonesia per 31 Agustus 2023 mencapai Rp7.870,35 triliun. Meski ada kenaikan tipis, namun level tersebut dianggap masih aman dengan risiko yang terkendali karena rasio terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 37,84%, lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir 2022 yang sebesar 39,20%. Adapun batas rasio utang yang ditetapkan dalam Undang-undang (UU) adalah 60%.
"Pemerintah melakukan pengelolaan utang secara baik dengan risiko yang terkendali, antara lain melalui komposisi yang optimal, baik terkait mata uang, suku bunga maupun jatuh tempo," tulis Kementerian Keuangan dalam buku APBN Kita, Senin (25/9/2023)
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Geger Amerika Terancam "Bangkrut" 1 Juni, Biden Ketar-Ketir