Melihat Peluang Suku Bunga BI Dipangkas, Bisa Bulan Depan?

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Jumat, 22/09/2023 15:25 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengindikasikan, memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan BI-7 day reverse repo rate, bila gejolak nilai tukar dan ketidakpastian pasar keuangan mereda. Sebab, ketahanan ekonomi domestik, khususnya dari sisi inflasi terjaga sesuai target.

Kalangan ekonom di Indonesia pun memperkirakan, BI memiliki ruang menurunkan suku bunga tersebut paling cepat kuartal II-2024. Terutama jika bank sentral AS akan merealisasikan kenaikan suku bunga Fed Fund Rate pada November mendatang dan tak menaikkannya lagi lebih dari level 5,75%.


Kondisi itu akan memberikan kepastian kepada para pelaku pasar keuangan, khususnya investor global untuk mengalirkan modalnya ke negara-negara berkembang, seperti Indonesia. Sehingga, nilai tukar rupiah dapat menguat, diiringi dengan meredanya harga minyak mentah dunia dan berakhirnya efek el-nino.

"Tapi tadi kalau ceterus paribusnya sih seharusnya di Maret, April tahun depan itu sudah ada ruang sebenarnya untuk menurunkan ya, atau malah lebih cepat kalau tidak ada ancaman dari sisi harga minyak maupun pangan tadi ya," ucap Kepala Ekonom BCA David Sumual kepada CNBC Indonesia, Jumat (22/9/2023).

Lantas, dengan turunnya suku bunga BI seusai pemungutan suara Pemilu atau Pilpres pada 14 Februari 2024 mendatang, apakah pertumbuhan ekonomi Indonesia langsung melesat ke level 6-7%, sesuai perhitungan Kementerian PPN/Bappenas menjadikan Indonesia negara maju sebelum 2045?

Menurut David, dampak dari kebijakan suku bunga tentu tidak langsung mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebab, kebijakan moneter atau suku bunga itu biasanya hanya menjadi sinyal pasar untuk memberikan kepercayaan diri bagi pelaku ekonomi berekspansi. Berbeda dengan kebijakan fiskal.

"Kalau moneter itu kan ibaratnya itu kita hanya mengantarkan kawanan domba atau kuda atau apapun ke danau gitu ya, tapi kita tidak bisa memaksa mereka minum," tutur David.

"Moneter itu kan faktor confidence level ya, faktor keyakinan konsumen dalam mereka mengambil kredit," tegasnya.

Lagi pula, ia melanjutkan, dengan turunnya suku bunga acuan juga tak langsung diikuti dengan turunnya suku bunga kredit di perbankan, sebab ada jeda waktu sekitar enam bulan untuk bank menyesuaikan. Maka, efeknya kata dia baru terasa pada 2024 akhir.

"Jadi kalau misalnya mereka menurunkan di kuartal I paling cepat tahun depan gitu ya, Maret, April tahun depan, ya efeknya di tahun berikut biasanya paling cepat di akhir tahun 2024. Itu pun kalau ceterus paribus," tegas David.

Senada, Ekonom Senior Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, kebijakan suku bunga memang memiliki lag ke sektor riil. Namun, ia memastikan, pertumbuhan ekonomi 2024 masih berpotensi tinggi karena terjaga stabilitas ekonomi domestik berkat bauran kebijakan moneter dan fiskal, khususnya dalam mengendalikan inflasi.

Ini ia yakini meskipun menganggap, peluang BI untuk menurunkan suku bunga acuan baru tersedia pada semester II-2024. Lebih disebabkan peningkatan risiko sikap yang lebih hawkish dari The Fed, dengan persepsi ruang untuk penurunan suku bunga tahun depan lebih kecil dibandingkan perkiraan sebelumnya, meski puncak kenaikannya terjadi pada 2023 ini, berdasarkan hasil Federal Open Market Committee (FOMC) 23 September 2023.

Di sisi lain, risiko tekanan inflasi juga masih meningkat di Indonesia, akibat masih berlangsungnya efek El Nino dan tren kenaikan harga minyak global. Meskipun, laju inflasi Indonesia sudah masuk ke dalam kisaran sasaran 2%-4%, ia mengatakan, dunia kini tengah dihadapi skenario suku bunga higher for longer yang membuat prospek ekonomi dunia slower for longer.

Dalam RAPBN 2024, pemerintah sendiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan ke level 5,2% dari yang tahun ini di level 5,3%. Sedangkan Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan di kisaran 4,7-5,5% dari perkiraan untuk tahun ini 4,5-5,3%.

"Jadi untuk dampak ke pertumbuhan ekonomi mungkin tidak akan langsung ya karena ada lagging effect dr kebijakan suku bunga ini ke sektor real," ucap Faisal.

"Meski begitu peluang pertumbuhan ekonomi 2024 untuk tetap resilient masih tinggi. Ditopang oleh inflasi yang terjaga sehingga menjaga daya beli, konsumsi pemerintah yang meningkat sejalan dengan pemilu, investasi yang masih cukup baik ditopang oleh PSN dan IKN, dan ekspor yang mulai membaik," tegasnya.

Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto juga menekankan, selain kebijakan suku bunga, BI memiliki instrumen moneter lain yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah tingginya tren kenaikan suku bunga acuan global.

Misalnya, kebijakan makroprudensial yang longgar untuk mendorong kredit atau pembiayaan perbankan kepada dunia usaha melalui kebijakan insentif likuiditas makroprudensial dengan fokus hilirisasi, perumahan, pariwisata, serta pembiayaan inklusif dan hijau, yang berlaku efektif sejak 1 Oktober 2023.

"Selain itu BI juga terus mendorong digitalisasi sistem pembayaran untuk memperluas inklusi ekonomi dan keuangan digital, termasuk digitalisasi transaksi keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah," tutur Myrdal.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: BI Tahan Suku Bunga - Trump Pamer Hp Murah