Harga Batu Bara Dunia Kembali Bergairah, Ini Penyebabnya

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
22 September 2023 13:45
Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Kapal tongkang Batu Bara (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara terpantau terus terkerek naik ke level di atas US$ 160 per ton. Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Oktober ditutup di posisi US$ 160,4 per ton pada perdagangan Kamis (21/9/2023).

Harga batu bara ini menunjukkan tertinggi sejak 4 bulan belakang, tren positif dibandingkan Mei 2023 lalu yang terpuruk ke level US$ 130-an per ton.

Direktur PT Bayan Resources Tbk (BYAN) Alexander Ery Wibowo mengatakan, kenaikan harga batu bara yang terjadi saat ini dipengaruhi oleh tren kenaikan permintaan batu bara dari China.

Dia menjelaskan, kenaikan permintaan tersebut dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor produksi dan faktor konsumsi di China itu sendiri.

"Dari faktor produksi di China, adanya pembatasan beberapa tambang batu bara terkait dengan isu keamanan, sehingga peningkatan produksi di China sendiri tidak tumbuh pesat dibandingkan dengan peningkatan permintaan," jelasnya kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, dikutip Jumat (22/9/2023).

Selain itu, untuk faktor lonjakan permintaan batu bara di China menurutnya juga dikarenakan pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut, di mana sektor industri juga terlihat tumbuh 4,5%.

"Nah itu terjadi karena adanya stimulus ekonomi yang diterapkan oleh Pemerintah China, sehingga mendorong faktor produksi. Banyak manufaktur yang didorong untuk melakukan produksi," paparnya.

"Dan juga tren bahwa akan banyak travelers, mobilitas dari warga negara terkait dengan libur panjang di bulan September ini. Nah itu yang menjadi salah satu faktor peningkatan permintaan impor batu

bara dari China," tambahnya.

Seperti diketahui, berbicara batu bara tidak dapat terlepas dari sentimen China sebagai produsen dan konsumen terbesar dunia. Kabar terbaru dari batu bara China terkait dengan adanya pembangunan pembangkit listrik batu bara yang memiliki kapasitas dua pertiga listrik dunia.

Meski begitu, sentimen ini tentunya tidak dapat menggerakkan harga yang disebabkan oleh pembangkit listrik ini masih belum beroperasi. Penggerak harga batu bara masih disebabkan oleh lonjakan permintaan menjelang libur panjang di China yang akan dimulai pada 29 September mendatang.

Libur panjang ini akan mendorong Negeri Tirai Bambu menambah pasokan sebagai upaya mencegah kekurangan persediaan. Hari libur akan mendorong peningkatan permintaan, sehingga industri akan memaksimalkan kapasitas produksi yang akan mendorong kebutuhan listrik.

Beralih ke Negara Asia lainnya, India sebagai pengguna batu bara terbesar kedua konsisten mengalami peningkatan penggunaan batu bara setiap tahunnya. India menambah 25-30 Giga Watt (GW) pembangkit listrik termal selain 49 GW unit berbasis batu bara yang sedang dibangun.

Selain itu, sentimen tingginya permintaan menjelang berbagai festival pada September turut mempengaruhi permintaan tinggi India. Peningkatan permintaan batu bara Asia juga terlihat dari pengekspor batu bara terbesar dunia.

CoalMint mencatat batu bara Indonesia mengalami lonjakan permintaan, di tengah keterbatasan kargo kapal.

Tingginya permintaan tentunya akan meningkatkan produksi dan penjualan dari Indonesia.

Mengutip data MODI Kementerian ESDM sampai pada hari ini, Jumat (22/9/2023), produksi batu bara Indonesia sudah menembus 538,47 juta ton atau 77,53% dari target produksi batu bara tahun ini yang mencapai 694,5 juta ton.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Baru 2 Bulan, Produksi Batu Bara RI Sudah Tembus 118 Juta Ton!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular