Teten Ungkap Modus Bikin Pedagang Tanah Abang Kalah Saing

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
Kamis, 21/09/2023 17:08 WIB
Foto: Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (MenKopUKM) Teten Masduki meminta masyarakat jangan menuding pedagang di Pasar Tanah Abang belum berusaha melakukan transformasi ke ekosistem digital.

Teten menyebut para pedagang di Pasar Tanah Abang justru sudah mencoba untuk berjualan di semua platform, termasuk platform digital atau online. Akan tetapi, para pedagang tersebut tetap kalah saing dengan produk impor yang dijual murah.

"Karena ada produk dari luar yang begitu murah dijual dengan predatory pricing (jual rugi) di marketplace, (jadinya) produk-produk lokal tidak bersaing," kata Teten dalam acara AFPI UMKM Digital Summit 2023 di Jakarta, Kamis (21/9/2023).


Setelah kunjungannya ke Pasar Tanah Abang beberapa waktu lalu, Teten mengaku ditelepon oleh produsen pakaian dari Bandung. Dalam percakapannya, kata Teten, para produsen itu mengeluh karena sudah tidak bisa melakukan produksi lagi, karena produk lokal sudah semakin kalah saing.

"Yang sedikit agak menyelamatkan itu karena ini lagi musim politik, jadi masih bisa bikin baju partai," lanjutnya.

Sementara itu, salah seorang pedagang pakaian di Pasar Tanah Abang, Niken mengaku dirinya bersama pedagang lain juga sudah coba menerapkan sistem berjualan secara online. Akan tetapi, katanya, dari segi harga sudah dihancurkan oleh para live shopper, sehingga para pedagang tetap mengalami kerugian yang cukup besar.

"Iya kita sudah terapin jual online juga, tapi memang dari segi harga sudah dihancurin sama TikTok shop (live shopper)," kata Niken saat ditemui CNBC Indonesia di Lantai 3A Blok B Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (20/9/2023).

Apabila dia tetap mengikuti berjualan secara live streaming, katanya, Niken khawatir reseller miliknya yang berada di daerah menjadi semakin tercekik karena harus turut bersaing dengan dirinya atau pedagang lain yang berada di DKI Jakarta. Sebab, untuk diketahui, marketplace yang menyediakan kanal live shopper tersebut juga menawarkan voucher gratis ongkir.

"Kalau misal saya ikut live juga di TikTok kan kasihan langganan (reseller) saya. Otomatis kalau di TikTok kan saya harus jual barang harga di sini (DKI Jakarta), lalu bagaimana nasib reseller saya yang di daerah? Kalau misal saya ikut live juga kan otomatis mereka kalah saing sama saya, begitu juga saya ke yang ada di atas saya, di gudang," ujarnya.

Niken membeberkan, konveksi atau produsen tempatnya mengambil barang pun saat ini sudah melakukan live shopper. Oleh sebab itu, dia mengaku bingung akan mematok harga jual berapa lagi kalau misalnya si produsen sudah memasang harga jual sama dengan seperti harga beli para pedagang tersebut.

"Sekarang si produsen juga ikut turun nge-live. Misalnya saya ambil di gudang modal (beli) Rp50.000 per potong, tapi si gudang (produsen) juga ikutan live dengan menjual barangnya tetap Rp50.000. Bagaimana saya mau oper ke langganan? Berapa yang harus saya jual lagi ke langganan saya. Dari situ saja sudah hancur-hancuran harga barang, karena dari atasnya sudah dihancurin," tutur Niken.

"Jadi seharusnya kan kalau dia memang mau live juga, ya modalnya Rp50.000. Nah itu dia jual Rp53.000 lah biar kita masih ada sisa untuk dijual kembali. Tapi ini mereka tidak begitu, mereka jualnya langsung Rp50.000. Otomatis kita yang di bawah hancur nggak bisa menjual. Jadi orang tertarik langsung beli ke dia," imbuhnya.


(dce)
Saksikan video di bawah ini:

Bantu UMKM & Desa, Ini Cara Pengusaha Majukan Koperasi Merah Putih