Tanah Abang Sepi Parah, Pedagang Banting Setir ke Ojek Online

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
21 September 2023 15:35
Pasar tanah abang, Jakarta, Rabu (20/9/2023). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Foto: Pasar tanah abang, Jakarta, Rabu (20/9/2023). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hingar bingar Pasar Tanah Abang yang semula dikenal sebagai pasar terbesar di Asia Tenggara kini mulai meredup. Banyak pedagang yang semula berjualan dalam skala besar dan mendistribusikan dagangannya ke berbagai daerah hingga luar negeri, kini mulai kesulitan menjual barang dagangannya.

Padahal, berjualan dengan skala besar membuat banyak pedagang menjadi juragan. Kini nasibnya justru berbalik, dari semula menjadi juragan namun kini harus banting setir. Tidak sedikit yang akhirnya mencari nafkah dengan jalan lain seperti menjadi supir ojek online (ojol).

"Banyak pedagang di pasar mereka keluar dari Tanah Abang, akhirnya cari usaha lain bahkan ada yang ngojek dan lainnya ada laporan sampai ke kami. Iya padahal dulu juragan, sekarang makin banyak terjadi seperti ini," kata Tokoh Pedagang Pasar Tanah Abang Yasril Umar kepada CNBC Indonesia, Kamis (21/9/2023).

Fenomena juragan pedagang di Pasar Tanah Abang beralih profesi jadi supir ojek online semakin sering terlihat belakangan ini. Mereka tidak mampu bertahan di tengah sepinya pembeli namun tetap harus menanggung biaya operasional yang tinggi, misalnya service charge yang dibebankan oleh pengelola pasar. Yasril tidak menutup kemungkinan akan semakin banyak pedagang yang bakalan tutup.

"Bisa jadi makin banyak yang tutup, tapi kita berharap teman-teman bisa sabar dulu menghadapi ini, kan istilahnya ujian bagi pedagang semoga bisa bertahan tetap berdagang di Pasar Tanah Abang, kita harap benar-benar diperhatikan oleh pemerintah pihak terkait untuk memberikan dukungan pada pedagang, misalnya pengurangan service charge," sebutnya.

Ia mengungkapkan, biaya service charge masih tetap sama dengan sebelum pandemi Covid-19. Sejumlah pedagang pun ada yang mengajukan usulan agar pengelola gedung dapat memberi keringanan dengan memangkas biaya service charge.

"Service charge sekitar Rp 700 ribu-Rp 1 juta tiap kios, biaya listrik di luar itu. Dan, listrik bisa hidup segala macam harus lunas service chargenya. Nah yang nggak ada uang buat bayar service charge akhirnya kesulitan," paparnya.

"Makanya ada beberapa pedagang menyampaikan ke kami minta tolong biaya service charge untuk sementara dikasih keringanan supaya kami bisa dagang dengan tenang. Bahkan ada yang ngeluh seminggu dagang nggak ada penglaris. Mereka harus bayar listrik, karyawan, service charge, ini berat buat mereka, bahkan ada pedagang yang biasanya dagang seminggu 6-7 hari jadi 3 hari. Ada yang karyawan dirumahkan dulu. Banyak dampaknya," kata Yasril.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tanah Abang Sepi Parah, Tokoh Pedagang Buka Fakta Mengejutkan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular