
Ogah Nyerah! Ini Usaha Pertamina Bebas dari Jeratan Impor BBM

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) terus berupaya untuk mencari cara agar terbebas dari jeratan impor Bahan Bakar Minyak (BBM). Adapun salah satu cara yang kini tengah digencarkan yaitu mengembangkan bahan bakar nabati (BBN) yang ramah lingkungan dan bersumber dari dalam negeri.
VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan, sejak beberapa tahun terakhir ini, pihaknya terus mengembangkan pencampuran BBN jenis biodiesel dengan BBM jenis Solar. Mulai dari B5 yakni pencampuran 5% Fatty Acid Methyl Esters (FAME) biodiesel dengan 95% bahan bakar minyak jenis Solar, hingga kini campuran FAME pada Solar telah mencapai 35% alias B35.
"Artinya 35% campuran biodiesel dan 65% Solar," kata Fadjar dalam 'Energy Corner' CNBC Indonesia di Jakarta, Selasa (19/9/2023).
Selain program biodiesel, Pertamina pada Juli lalu juga meluncurkan produk BBM Pertamax Green 95. Produk ini merupakan campuran Pertamax beroktan 92 dengan etanol 5%.
"Semangatnya adalah bagaimana Pertamina terus mencari inovasi menggunakan bahan bakar nabati karena bahan tersebut ada dalam negeri, kita gak perlu impor," ujarnya.
Perlu diketahui, bioetanol diproduksi dari bahan dasar yang mengandung glukosa, yaitu limbah tetes tebu (molase). Adapun molase didapat dari perkebunan tebu yang ada di Mojokerto.
"Jadi kita berdayakan perkebunan tersebut. Sehingga kalau jumlahnya meningkat, akan berdampak bagi petani tebu. Jadi pemanfaatan bahan bakar nabati ini yang ke depan harus kita kembangkan mengacu pada yang ada di Indonesia," jelasnya.
Untuk meningkatkan kapasitas produksi bioenergi tersebut, baik biodiesel maupun bioetanol, Pertamina kini juga tengah membangun 'kilang hijau' alias green refinery di Plaju, Sumatera Selatan, Cilacap, Jawa Tengah, dan Dumai, Riau.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa perseroan memiliki 'Program Langit Biru'. Pihaknya saat ini tengah mengkaji pencampuran bioetanol dengan kadar 7% dengan bensin nilai oktan (RON) 90 atau Pertalite.
Bila ini berhasil, pihaknya memperkirakan ini akan meningkatkan nilai oktan bensin RON 90 menjadi setara RON 92.
"Kita lanjutkan Program Langit Biru tahap 2 dari RON 90 ke 92. Aturan KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) minimal oktan yang boleh dijual itu 91, aspek lingkungan, menurunkan emisi karbon, bioetanol bioenergi terpenuhi, dan menurunkan impor. Kami akan keluarkan Pertamax Green 92, Pertalite dicampur etanol 7% jadi 92," ungkap Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI di Jakarta, dikutip Kamis (31/8/2023).
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengaku pemerintah akan melakukan berbagai upaya demi mencegah dampak perubahan iklim dunia. Dari sisi transisi energi, menurutnya pemerintah akan turut mendorong pengembangan bioenergi, selain juga mendorong berkembangnya kendaraan listrik di Tanah Air.
"Dunia sekarang ini sedang transisi menuju ekonomi hijau, semua negara mengarahkan karena kita takut terhadap perubahan iklim yang ada. Di semua negara ini daur ulang sampah dikerjakan, produk-produk industri hijau dikerjakan, kendaraan listrik semua dibangun di negara yang siap, biodiesel digunakan, bioetanol digunakan, semua berbau green mulai dikerjakan," paparnya saat memberikan sambutan pada Festival LIKE di Indonesia Arena GBK, Jakarta, Senin (18/09/2023).
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Indonesia Bisa Jadi Hub Penyedia Bahan Bakar Hijau & Efisien
