Pertamina Komitmen Tekan Impor BBM-LPG, Begini Caranya

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
22 May 2024 19:45
A man walks near storage tanks at a state-owned Pertamina fuel depot in Jakarta, Indonesia, May 8, 2018. REUTERS/Willy Kurniawan
Foto: REUTERS/Willy Kurniawan

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) terus berupaya mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyak (BBM) dan LPG (Liquefied Petroleum Gas). Hal ini dilakukan guna mendukung pemerintah dalam meringankan beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan menghemat devisa negara.

VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan, untuk mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi impor, Pertamina akan menggenjot produksi, mulai dari sektor hulu hingga hilir minyak dan gas bumi.

Tak hanya itu, perseroan juga akan mengembangkan program Bahan Bakar Nabati (BBN) sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM), seperti biodiesel dan bioetanol.

"Pertamina akan menggenjot produksi hulu migas, meningkatkan produksi BBM dan bioenergy yakni menjalankan program Biodiesel B35 serta pengembangan BioGasoline. Selain itu, juga meningkatkan produksi LPG dan pengembangan jaringan gas kota," papar Fadjar kepada CNBC Indonesia, Rabu (22/5/2024).

Fadjar memerinci, guna mendukung program tersebut terealisasi, perusahaan telah menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) jangka panjang 2025-2029. Dia menyebut, lebih dari 60% anggaran tersebut akan dialokasikan untuk pengembangan sektor hulu dan peningkatan produksi minyak dan gas bumi.

"16% pengembangan infrastruktur energi dan 7% untuk pengembangan produk kilang (BBM berkualitas, bioetanol dan biofuel, jaringan gas kota)," tambah Fadjar.

Menurut dia, dari investasi tersebut, diharapkan kontribusi Pertamina terhadap produksi minyak mentah nasional akan terus tumbuh. Terutama, dari yang saat ini 69%, naik menjadi 77% pada 2029 mendatang.

Kenaikan ini diupayakan melalui optimalisasi produksi dan eksplorasi seluruh lapangan migas yang dikelola Pertamina termasuk blok migas raksasa seperti Mahakam dan Blok Rokan, Minas, Senoro, Rantau, serta lapangan MLN Algeria.

"Selain itu, aktivitas merger & akuisisi (M&A) dari blok-blok potensial baik di domestik maupun dari lapangan mancanegara," kata Fadjar.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 60% Anggaran Investasi Pertamina untuk Genjot Produksi Minyak RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular