Harga Minyak Hampir US$100/Barel, Ini Dampaknya ke Pertamina

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
Selasa, 19/09/2023 12:50 WIB
Foto: CNBC Indonesia TV

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia melompat pada pembukaan perdagangan Selasa (19/9/2023) melanjutkan tren kenaikan mencapai level tertinggi dalam 10 bulan terakhir.

Hari ini harga minyak mentah WTI dibuka melesat 0,81% di posisi US$92,22 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent dibuka melonjak 0,24% ke posisi US$94,66 per barel.

Pada perdagangan Senin (18/9/2023), minyak WTI ditutup terapresiasi 0,78% ke posisi US$91,48 per barel, begitu juga minyak brent ditutup naik 0,53% ke posisi US$94,43 per barel.


PT Pertamina (Persero) menyampaikan kenaikan harga minyak mentah yang menyentuh level tertingginya sepanjang 2023 cukup berpengaruh pada bisnis perusahaan. Khususnya di sektor hulu dan hilir migas.

VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengakui kenaikan harga minyak mentah global saat ini telah berdampak pada naiknya pendapatan di sektor hulu. Di sisi lain, kenaikan harga juga berpengaruh pada bisnis perusahaan di sektor hilir atau penjualan produk Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Konteksnya ketika harga naik dari segi hulu berdampak positif, tapi dari sisi hilir dari harga BBM misalnya tentu ada tekanan di situ," kata Fadjar dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Selasa (19/9/2023).

Meski demikian, Fadjar memastikan bahwa kenaikan harga minyak mentah global saat ini tidak akan berpengaruh pada produk BBM bersubsidi. Adapun harga BBM jenis Pertalite atau RON 90 misalnya masih dipatok di level Rp 10 ribu per liter.

"Namun Awal tahun untuk non subsidi setiap bulannya kami sesuaikan mekanisme pasar kadang ada kenaikan kadang ada penurunan itu siasat atau strategi yang kami jalankan menyiasati kenaikan minyak tersebut," ujarnya.

Sementara, dari sisi pasokan produksi migas perusahaan, ia mencatat pada semester I 2023 telah mencapai 1,046 juta barel setara minyak per hari (BOEPD). Angka ini mengalami kenaikan 8% dibandingkan realisasi produksi migas perusahaan semester 1 2022.

"Kemudian secara kilang, produksi kilang di semester 1 2023 tahun lalu meningkat 4%. Untuk tahun ini di angka 161 juta barel meningkat 4% dibandingkan semester 1 tahun lalu," kata Fadjar.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran-Israel Memanas, RI Hadapi Risiko Kenaikan Harga Minyak