
BP Batam: 91 Warga Pulau Rempang Sudah Mau Direlokasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Kericuhan di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau yang terjadi pada pekan lalu, akibat masyarakatenggan direlokasi untuk pembangunan Rempang Eco City, berangsur mereda. Beberapa masyarakatnya pun sudah siap direlokasi dari lokasi yang akan jadi tempat investasi produsen kaca China, Xinyi Glass Holdings Ltd.
Kepala BP Batam Muhammad Rudi menceritakan, sebetulnya pada saat timnya ingin sosialisasi pada Juni 2023, masyarakat tiga kampung yang harus direlokasi dari wilayah 2.000 ha di Pulau Rempang itu menolak kedatangannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, tim sosialisasi pun sudah bergerak masuk.
"Tiga kampung sendiri itu awalnya enggak mau terima kita, sehingga kita sulit masuk ke sana. Tapi sepekan terakhir alhamdulillah kita bisa masuk secara agak lengkap dan kita harap pekan depan mereka sudah tahu semua tentang relokasi ini," kata Rudi dalam program Power Lunch CNBC Indonesia, Jumat (15/9/2023).
Setelah sosialisasi digencarkan hingga saat ini, ia mengatakan, dari total 700 KK yang menghuni 2.000 ha wilayah yang akan dibangun pabrik Xinyi, sebanyak 91 warga di tiga kampung itu sudah bersedia relokasi. Tiga kampung itu ialah Kampung Sembulang Hulu, Sembulang Tanjung, dan Pasir Panjang.
"Hari ini tim kita sudah di sana, sudah ada 91 warga di tiga kampung tadi. 91 sudah siap pindah dan 168 masih konsultasi ke kita. Konsultasinya mereka ingin tahu kalau pindah dapat apa dari pemerintah," ucap Rudi.
Bagi masyarakat yang bersedia direlokasi akan diberikan sejumlah hak-haknya, di antaranya lahan seluas 500 m2 per kepala keluarga yang telah disertifikatkan pemerintah, dan rumah tipe 45. Relokasi ini BP Batam pastikan tak akan mengganggu kehidupan dan mata pencaharian mereka yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan.
Sebagai informasi, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sudah menjelaskan secara rinci kronologi bentrokan yang pecah di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau. Dirinya menyadari bahwa ada kesalahan komunikasi antara warga dan beberapa pihak terkait.
Listyo memaparkan, kegiatan sosialisasi sebenarnya sudah dilaksanakan beberapa waktu sebelumnya. Akan tetapi tidak semua masyarakat ternyata paham, sehingga ketika dilakukan pengukuran lahan, muncul protes dari warga.
"Mungkin masyarakat masih belum semuanya memahami sehingga pada saat terjadi kegiatan pengukuran patok dalam rangka hanya memasang patok pada saat itu terjadi penutupan jalan," jelasnya.
"Kemudian eskalasinya meningkat sehingga terjadi bentrokan yang mengarah pada hal yang bersifat anarkis dan kemudian mau tidak mau dilontarkan gas air mata untuk membubarkan," terang Listyo.
Listyo mengklaim situasi tersebut tadinya sudah ditangani dengan baik. Hanya saja beberapa hari setelahnya ada aksi di depan kantor BP Batam dan disusul aksi penyerangan.
"Ada peristiwa pada saat keluar penyerangan terhadap BP Batam perkantoran yang kemudian mau tidak mau itu harus kita cegah kita dorong, terjadi juga penyerangan terhadap anggota pada saat itu kita hanya bertahan," ujarnya.
Beberapa personil kepolisian terluka. Tindakan yang ditempuh kemudian adalah mengamankan pelaku penyerangan yang berjumlah 43 orang.
"Terkait dengan peristiwa itu kami mau tidak mau harus melakukan penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana anarkis kita amankan kurang lebih 43 orang dan saat ini kita proses namun untuk penyelesaian terkait relokasi sesuai dengan arahan pak presiden saat ini kita mengedepankan tindakan yang bersifat lebih persuasif," pungkasnya.
Rempang Eco City akan menjadi lokasi pabrik yang dioperasikan oleh produsen kaca China, Xinyi Glass Holdings Ltd. Perusahaan itu pun telah berkomitmen untuk membangun pabrik pengolahan pasir kuarsa senilai US$11,5 miliar di taman tersebut dan menjadikannya sebagai pabrik kaca kedua terbesar dunia setelah di China.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Mencekam! BP Batam Blak-blakan Soal Kisruh di Rempang