RI Harusnya Bisa Garap Harta Karun Langka, Riset Sejak 1998

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
15 September 2023 12:20
Rare earth element atau yang juga dikenal dengan sebutan logam tanah jarang (LTJ) . (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Rare earth element atau yang juga dikenal dengan sebutan logam tanah jarang (LTJ) . (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) selama ini telah membentuk kelompok riset peningkatan nilai tambah untuk pemanfaatan harta karun super langka yakni mineral Logam Tanah Jarang (LTJ) di Indonesia.

Peneliti Ahli Madya Bidang Metalurgi BRIN, Widi Astuti menyebut pihaknya telah mempunyai teknologi untuk mengolah 'harta karun' ini. Terutama, kandungan LTJ yang berasal dari monasit.

"Ada beberapa peneliti dari Batan yang bergabung di kelompok riset kami, mereka sudah punya pengalaman riset yang cukup panjang untuk mengolah atau meneliti logam tanah jarang, terutama dari monasit ya dari tahun '98 sampai saat ini," kata dia dalam acara Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Jumat (15/9/2023).

Menurut Widi, sepanjang riset yang pihaknya lakukan, potensi LTJ di Indonesia diakuinya memang cukup besar. Sementara, teknologi yang ditemukan juga sudah layak untuk diaplikasikan di daerah pengolahan monasit yang mengandung LTJ.

Meski begitu, pihaknya saat ini juga tengah fokus untuk mencoba mengolah potensi kandungan LTJ yang berasal dari sumber lainnya. Misalnya dari laterit, bauksit, dan secondary waste seperti limbah elektronik.

"Kita punya potensi yang cukup besar dan teknologinya cukup kita kuasai, terutama untuk yang monasit tadi, jadi memang menurut kami sangat mungkin ya Indonesia bisa mendirikan industri logam tanah jarang," kata dia.

Sebagaimana diketahui, Indonesia memiliki cadangan 'harta karun' logam tanah jarang yang berlimpah. Harta karun super langka ini pun hanya tersebar di beberapa lokasi saja dengan jumlah potensi sumber daya 1,5 miliar ton.

Hal tersebut berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) per 2015, dikutip dari "Kajian Potensi Mineral Ikutan pada Pertambangan Timah" yang dirilis Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian ESDM 2017.

'Harta karun' ini akan semakin diincar dunia ke depannya karena dibutuhkan untuk bahan baku komponen teknologi canggih, seperti baterai, telepon seluler, komputer, industri elektronika, pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT), hingga peralatan senjata atau industri pertahanan dan kendaraan listrik.

Dari ke-17 unsur logam tanah jarang, enam unsur diantaranya sangat diperlukan untuk pengembangan kendaraan listrik, yaitu lanthanum (La), cerium (Ce), neodymium (Nd) untuk baterai, praseodymium (Pr), neodymium (Nd), terbium (Tb), dan dysprosium (Dy) untuk generator dan motor listrik.

"Lokasinya tersebar di Pulau Sumatera (Provinsi Kepulauan Bangka Belitung), Pulau Kalimantan (terutama Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah), Pulau Sulawesi dan Pulau Papua) dengan perkiraan total potensi mencapai 1,5 miliar ton," ungkap ringkasan eksekutif "Kajian Potensi Mineral Ikutan pada Pertambangan Timah" yang dirilis Kementerian ESDM pada 2017 lalu.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Malaysia Setop Ekspor Mineral Langka, RI Bagaimana?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular