
Kabar Baik, Stok Beras di Dunia Tertinggi Sepanjang Sejarah

Jakarta, CNBC Indonesia - Stok beras di dunia diperkirakan bakal mencapai level tertinggi sepanjang masa, yaitu 198,1 juta ton. Kenaikan didorong oleh India, yang bersama dengan China diperkirakan memiliki hampir tiga perempat dari volume ini, seperti pada musim-musim sebelumnya.
Demikian prediksi terbaru Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (Food and Agriculture Organization/ FAO).
"Cadangan beras agregat yang dimiliki oleh negara-negara lain diperkirakan mengalami kontraksi kedua berturut-turut pada akhir tahun ini, mencapai angka terendah dalam empat tahun terakhir, yakni sebesar 51,4 juta ton," seperti dilansir World Grain, dikutip Kamis (14/9/2023).
FAO memprediksi, meski tipis, terjadi peningkatan produksi biji-bijian (serealia) global pada tahun 2022-2023 menjadi 2,815 miliar ton, setara dengan rekor produksi pada tahun 2020-2021.
Dalam ringkasan pasokan dan permintaan terbarunya, FAO juga menyebut produksi jagung diproyeksikan meningkat sebesar 2,7% ke tingkat rekor 1,215 miliar ton pada tahun 2022-2023.
Kenaikan ini didukung oleh hasil panen yang kuat di Brasil dan Ukraina. Jumlah ini juga lebih dari sekadar mengimbangi pengurangan produksi yang dilakukan di Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE).
"Pemanfaatan sereal dunia pada musim mendatang juga diperkirakan sebesar 2,807 miliar ton, 0,8% di atas tingkat pada tahun 2022-2023," demikian menurut FAO, seperti dikutip World Grain.
Stok sereal dunia pada akhir musim pemasaran tahun 2023-2024 diperkirakan mencapai 878 juta ton, peningkatan tahunan sebesar 2,2%. Ini menunjukkan rasio stok terhadap penggunaan sereal dunia sebesar 30,5%, yang dianggap oleh FAO sebagai tingkat pasokan global yang nyaman secara keseluruhan dari perspektif historis.
Meski begitu, FAO menurunkan perkiraan perdagangan sereal dunia pada tahun 2023-2024 menjadi 466 juta ton, turun 1,7% dari musim pemasaran sebelumnya.
Volume perdagangan gandum dan jagung diperkirakan menurun karena berbagai alasan, termasuk penurunan ekspor Ukraina akibat gangguan perdagangan terkait dengan perang yang sedang berlangsung.
Sebaliknya, produksi gandum terlihat menurun sebesar 2,6% dari tahun pemasaran sebelumnya menjadi 781,1 juta ton, namun ini masih merupakan produksi gandum terbesar kedua yang pernah tercatat.
FAO mengatakan revisi yang dilakukan terhadap perkiraan produksi gandum di Kanada dan Uni Eropa, akibat berlanjutnya kondisi cuaca kering yang membatasi hasil panen, merupakan penyebab utama penurunan bulan ini.
Perkiraan produksi gandum di China juga diturunkan, meskipun dengan margin yang lebih kecil. Penurunan terjadi karena hujan lebat di wilayah produsen utama menurunkan prospek hasil panen.
"Meskipun ada sedikit revisi ke bawah sejak Juli, produksi beras dunia pada tahun 2023-2024 masih terlihat pulih sebesar 1,1% dari musim sebelumnya menjadi 523,2 juta ton," menurut FAO.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Simak Data Pangan Dunia Terbaru, Beri Sinyal Baik atau Buruk?