RI Celaka 12! Stok Impor Menipis, Beras Dalam Negeri Defisit

Damiana, CNBC Indonesia
13 September 2023 19:50
Presiden Joko Widodo meninjau langsung bantuan pangan cadangan beras pemerintah di Gudang Bulog DKI Jakarta-Banten yang berlokasi di Kelapa Gading, Senin (11/9/23). (Dok. Humas BUMN)
Foto: Presiden Joko Widodo meninjau langsung bantuan pangan cadangan beras pemerintah di Gudang Bulog DKI Jakarta-Banten yang berlokasi di Kelapa Gading, Senin (11/9/23). (Dok. Humas BUMN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mulai menyalurkan bantuan pangan beras sebanyak 10 kg selama 3 bulan mulai September-November 2023. Bantuan itu diberikan kepada 21,353 juta keluarga penerima manfaat (KPM) yang diharapkan bisa menahan laju kenaikan harga beras yang terus pecah rekor dalam sebulan terakhir.

Artinya, selama 3 bulan ke depan, pemerintah akan menggelontorkan sekitar 640 ribu ton beras untuk bantuan pangan. 

Di saat bersamaan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga memerintahkan Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Perum Bulog segera menggelontorkan beras ke pasar-pasar, termasuk Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC).

Lalu apakah beras di dalam negeri masih tersedia?

Badan Pusat Statistik (BPS)  saat Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi tahun 2023, Senin (11/9/2023) memprediksi akan terjadi defisit beras di dalam negeri sebanyak 0,09 juta ton di bulan September dan 0,27 juta ton di bulan Oktober 2023. Di mana, produksi beras di dalam negeri ditaksir hanya sebanyak 2,46 dan 2,28 juta ton, sementara konsumsi diperkirakan sebanyak 2,55 juta ton per bulan.

"Dalam beberapa bulan ke depan hingga awal tahun 2024, produksi beras akan memasuki level terendah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya," kata kata Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dikutip Rabu (13/9/2023).

"Ini berdasarkan luas panen padi nasional yang relatif akan menurun dan juga produksi padi nasional diperkirakan akan menurun. Kalau kita bandingkan dengan tahun lalu memang trennya di akhir tahun akan mengalami titik terendah. Jadi Oktober, November, Desember, Januari adalah bulan-bulan produksi terendah," jelasnya.

Dengan demikian, kata dia, akan ada potensi defisit beras.

"Mulai bulan Juli sebenarnya (defisit beras sudah terjadi), berlanjut Agustus, September, Oktober, sampai awal tahun (2024)," katanya.

Berdasarkan hasil amatan Juli 2023 kerangka survei area (KSA) BPS menunjukkan, pada bulan September-Desember 2022, terjadi defisit beras sebanyak 2,23 juta ton. Di mana, produksi beras pada periode itu tercatat sebanyak 7,87 juta ton, konsumsi 10,10 juta ton.

"Ini juga yang kami perkirakan nanti akan terjadi di September dan Oktober akan ada defisit, yang akan berlanjut sampai Januari," katanya.

"Dan, di bulan-bulan terjadi defisit beras akan terjadi inflasi beras. Sehingga, perlu waspada terhadap inflasi beras hingga akhir tahun 2023, seiring dengan adanya defisit beras," tambahnya.

Posisi Stok Beras Nasional

Di sisi lain, Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat, hasil prognosa per 28 Agustus 2023 untuk sepanjang tahun 2023 menunjukkan, ada stok beras sebanyak 7,69 juta ton di akhir tahun. Yang akan jadi carry over atau stok untuk awal tahun 2024, dengan ketahanan sampai 93 hari.

Sementara itu, Bapanas menargetkan, sampai akhir tahun 2023, Perum Bulog bisa memiliki 1,2 juta ton cadangan beras pemerintah (CBP) untuk carry over ke tahun 2024.

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, target itu bisa tercapai. Pasalnya, kata dia, masih ada sisa kuota impor sebanyak 400.000 ton yang belum terealisasi.

"Total pengadaan sudah 2,3 juta ton, 820 ribu ton diantaranya pengadaan dalam negeri. Lalu penyaluran 1,4 juta ton. Di mana, 640 ribu ton diantaranya adalah penyaluran untuk bantuan pangan beras ke 21,3 juta KPM," kata Arief kepada CNBC Indonesia, Rabu (13/9/2023).

"Tapi akan masuk lagi 450 ribu ton, sisa dari impor 2 juta ton. Sehingga, target carry over 1,2 juta ton bisa tercapai," ujarnya.

Target carry over tersebut, jelas Arief, berasal dari sisa pengadaan setelah dikurangi penyaluran sekitar 900 ribu ton lebih. Ditambah pemasukan beras impor yang belum terealisasi.

Mengutip paparan Bulog saat Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2023, berikut perkembangan pengadaan beras Bulog:

- pengadaan dalam negeri (target 2,1 juta ton)

semester I : 692.571 ton
semester II: 123.903 ton (sampai September 2023).

- impor (penugasan 2 juta ton)

1) realisasi bongkar:

tahap I: 502.798 ton
tahap II: 298.387 ton
tahap III: 138.054 ton

2) sedang bongkar:

tahap III: 55.352 ton

3) rencana kedatangan:

- dalam perjalanan: 31.140 ton (tahap III)

- proses muat: 13.700 ton (tahap III)
12.300 ton (tahap IV)

- proses packing: 27.650 ton (tahap III)
87.200 ton (tahap IV).

"Impor tahap I dan II sudah selesai dengan total realisasi sebesar 801.185 ton," kata Kepala Divisi Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Epi Sulandari .

"Kita sudah sampai kontrak tahap IV. Kami tidak bisa melakukan kontrak besar karena terkait dengan posisi harga dan kemampuan atau kemauan mereka menjual ke Indonesia," ujarnya.

Untuk penyerapan dari dalam negeri, Epi optimistis Bulog masih akan mampu melakukan penyerapan beras dari produksi di dalam negeri. Meski, saat ini mulai terjadi penurunan hasil panen. Bulog amemprediksi ada potensi surplus sebanyak 0,24 juta ton GKG jika mengacu estimasi produksi GKG bulan September 2023. Namun, diprediksi bakal defisit 0,21 juta ton GKG di bulan Oktober 2023.

"Produksi di dalam negeri mulai turun, tapi masih ada potensi yang cukup besar di beberapa daerah yang bisa diserap untuk memperkuat cadangan beras pemerintah," kata Epi.


(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Badan Pangan Buka Suara Soal Impor Beras 5 Juta Ton Tahun 2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular