Mau Jadi Raja Baterai, RI Punya 3 Kunci Utamanya

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
13 September 2023 13:25
Ilustrasi baterai pada mobil listrik yang dikemas dalam komponen yang aman. electrec.co
Foto: Ilustrasi baterai pada mobil listrik yang dikemas dalam komponen yang aman. electrec.co

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) membeberkan bahwa Indonesia memiliki tiga kunci utama untuk mendukung cita-cita menjadi 'raja baterai' kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV).

Sekretaris Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Rifky Setiawan mengatakan bahwa Indonesia memiliki tiga kunci utama dalam menjadi raja baterai EV di dunia.

"Kita akan menjadi pemain untuk mobil listrik dan baterai. Kenapa? Kita punya tiga, mangan, kita punya nikel, kita punya cobalt, yang kita tidak punya itu hanya lithium," jelas Rifky dalam acara Infrastructure Forum, Sewindu PSN, di Jakarta, Rabu (13/9/2023).

Karena hanya lithium yang Indonesia tidak miliki untuk membangun ekosistem baterai kendaraan listrik di Tanah Air, maka menurutnya pemerintah kini fokus mencari sumber bahan baku tersebut dari luar negeri.

"Kita untuk bahan pembentuk baterai kita tidak punya lithium, ini salah satu ke depannya kita ingin konsentrasi ke sana," tambahnya.

Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bidang Percepatan Pengembangan Industri sektor ESDM Agus Tjahajana Wirakusumah juga sempat mengakui, RI memang tidak memiliki cadangan lithium yang merupakan salah satu komponen bahan baku baterai kendaraan listrik (EV).

Namun demikian, kandungan lithium di baterai tidak sebesar kandungan nikel dan kobalt. Sementara Indonesia memiliki nikel dan kobalt.

Dia menjelaskan, nikel mempunyai porsi yang paling besar dibandingkan mineral lainnya dalam pembuatan baterai yakni sebesar 16%. Sementara untuk lithium hanya 3% dan kobalt sekitar 4,3%.

"Jadi ketergantungan pabrik terhadap material itu ya jauh orang lebih mencari nikel dulu. Lithium pasti diperlukan tetapi orang juga gak bisa jual lithium tanpa nikel," ujar Agus dalam acara Mining Zone CNBC Indonesia, dikutip Rabu (2/8/2023).

Oleh sebab itu, ia menilai nikel mempunyai peran yang cukup penting dalam menggenjot ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Sekalipun, Indonesia tidak mempunyai cadangan lithium.

"Jadi kebutuhan terhadap nikel itu jauh lebih besar karena nikel hampir 16% untuk bahan baku baterai. Jadi besar sekali," ungkapnya.

Di samping itu, Indonesia juga mempunyai cadangan kobalt yang diperoleh dari proses penambangan limonit atau bijih nikel berkadar rendah. Adapun limonit sendiri dulunya tidak mempunyai nilai.

"Dulu pabrik pabrik pengolah nikel yang diambil itu dibawa namanya saprolit. Nah saprolit diolah untuk dipakai stainless steel itu campuran baja yang menjadi tahan karat. Bagian atasnya limonit itu disingkirkan ke samping jadi sebenarnya limonit ini lebih dikatakan dulunya dibuang, tidak terpakai, sekarang malah terpakai," tambahnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mimpi RI Mau Jadi Raja Baterai Hampir Nyata, Ini Buktinya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular