Eksklusif Joseph Stiglitz

Pesan Joseph Stiglitz: RI Cs Harus Tegur IMF & Bank Dunia!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Rabu, 13/09/2023 07:50 WIB
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (Bank Dunia) mendasari suku bunga pinjamannya untuk membantu negara-negara lain dengan mengacu pada suku bunga The Fed. Padahal, suku bunga bank sentral AS atau The Fed tengah berada pada posisi yang tinggi saat ini.

Bila terus menerus tinggi seperti saat ini, bunga pinjaman IMF dan World Bank tentu hanya akan mencekik negara-negara yang menjadi pasien mereka.

Hal ini diungkapkan langsung oleh ekonom Amerika Serikat (AS) yang sekaligus menjadi peraih penghargaan nobel di bidang ekonomi Joseph Stiglitz.


Mendapati kondisi ini, Stiglitz mengajak Indonesia dan negara-negara lain mendorong IMF dan Bank Dunia atau World Bank mengoreksi kebijakan suku bunga tinggi bank sentral AS atau The Fed.

Dia mengatakan, ini penting karena IMF dan World Bank mendasari suku bunga pinjamannya untuk membantu negara-negara lain dengan mengacu pada suku bunga The Fed.

Bila terus menerus tinggi seperti saat ini, bunga pinjaman IMF dan World Bank tentu hanya akan mencekik negara-negara yang menjadi pasien mereka.

"IMF didirikan untuk membantu perekonomian negara-negara yang kesulitan, bukan untuk membuat mereka semakin sulit," ucap Stiglitz dalam program Money Talks CNBC Indonesia dikutip Selasa (12/9/2023).

"Maka dari itu, komunitas global, negara-negara berkembang, Indonesia, dan negara lainnya harus menemui Bank Dunia dan IMF. Lalu mengatakan kepada mereka untuk mengubah kebijakan The Fed," tegasnya.

The Fed Salah Kaprah

Selain itu, Stiglitz menilai bank sentral AS tersebut salah mendiagnosa penyebab kenaikan inflasi di negaranya.

Kesalahan diagnosa terhadap inflasi itu membuat The Fed terus menaikkan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) secara cepat dan bertengger di level yang tinggi untuk jangka waktu panjang. Tujuannya untuk meredam permintaan agregat.

"Menaikkannya terlalu cepat, dan terlalu jauh, menunjukkan kesalahan diagnosa. Mereka meyakini bahwa inflasi ini hasil dari agregat demand yang kuat," ujar Stiglitz

Stiglitz menganggap, inflasi yang tinggi di Amerika Serikat cenderung disebabkan masalah pasokan (supply side). Sebab, pasokan barang dan jasa memang tengah terganggu di dunia akibat masa Pandemi Covid-19 dan perang Ukraina-Rusia.

Dia mencontohkan, sejak pandemi dan akibat perang Ukraina-Rusia, dunia tengah menghadapi kurangnya pasokan chip untuk kendaraan, akibatnya harga kendaraan tinggi beberapa waktu lalu. Namun, di beberapa negara cara meredamnya bukan menaikkan suku bunga acuannya.

"Harga mobil jadi teratasi. Harga minyak turun dari US$120 menjadi US$80. Dan dan tentu saja harga-harga yang tinggi itu ada harganya yang diterjemahkan ke dalam inflasi inti, tapi sistemnya stabil," ucap Stiglitz.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Suku Bunga The Fed Turun, Trump Ingin Ganti Jerome Powell