Internasional

Bukan Perang, Malapetaka Ini Bisa Bikin Ekonomi Eropa Ambruk

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
13 September 2023 06:05
People take part in a nation-wide demonstration organized by the three national trade unions to demand more measures against the rising cost of living, on December 16, 2022 in Brussels. (Photo by DIRK WAEM / various sources / AFP) / Belgium OUT
Foto: Demonstrasi menuntut kenaikan upah di Brussels, Belgia. (AFP/DIRK WAEM)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Eropa mendapatkan ancaman terbaru. Setelah sebelumnya pukulan ekonomi terkait dengan perang Rusia-Ukraina, kali ini Benua Biru mendapatkan tantangan dari perubahan iklim.

Komisi Eropa mengatakan bahwa meningkatnya resiko iklim, yang digambarkan oleh panas ekstrem, kebakaran hutan, dan banjir yang melanda sebagian wilayah Eropa pada musim panas ini, dapat merugikan perekonomian wilayah tersebut pada tahun ini.

Dalam perkiraan ekonomi terbarunya, badan eksekutif Uni Eropa menurunkan perkiraan pertumbuhan di kawasan ini pada tahun 2023 dan 2024. Kini mereka memperkirakan produk domestik bruto UE akan tumbuh 0,8% tahun ini, turun dari perkiraan kenaikan 1% di musim semi. Pertumbuhan tahun depan telah direvisi menjadi 1,4% dari 1,7%.

"Terwujudnya resiko (iklim) ini menimbulkan kerugian besar bagi perekonomian UE, dalam hal hilangnya modal alam dan memburuknya aktivitas ekonomi, termasuk pariwisata," kata komisi tersebut dikutip CNN International, Senin (11/9/2023).

"Lemahnya permintaan dalam negeri, terbebani oleh inflasi yang tinggi, serta kenaikan suku bunga sebagai penyebab penurunan peringkat tersebut."

Secara sektor, industri pariwisata, yang dapat menyumbangkan seperlima PDB tahunan di beberapa negara di kawasan ini, kemungkinan akan sangat terpukul. Masyarakat Eropa sudah mulai memikirkan kembali tempat berlibur di masa depan setelah suhu terik tahun ini di wilayah Selatan.

Komisi Perjalanan Eropa (ETC), sebuah asosiasi organisasi pariwisata, mengatakan pada bulan Juli bahwa jumlah wisatawan Eropa yang berencana melakukan perjalanan ke destinasi Mediterania pada musim panas dan musim gugur tahun ini telah turun 10% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2022.

"Sementara itu, Republik Ceko, Bulgaria, Irlandia, dan Denmark, yang cuacanya lebih sejuk, mengalami lonjakan popularitas," kata ETC.

Wisatawan dari luar UE juga mungkin kehilangan minat untuk berlibur ke Italia dan Yunani, yang keduanya sedang berjuang melawan kebakaran hutan. Seorang juru bicara di ForwardKeys, sebuah perusahaan data perjalanan, mengatakan adanya pergeseran minat turis Inggris ke wilayah yang lebih Utara.

"Pemanasan global dapat merusak pariwisata dengan cara lain: dengan mempercepat erosi pantai dan memperbesar kebakaran hutan yang melanda hutan, sementara keduanya merupakan bagian dari modal alam Eropa," kata David Owen, kepala ekonom di Saltmarsh Economics.

Selain pariwisata, industri agrikultur juga terdampak. Suhu yang sangat panas telah menjadi berita buruk bagi pohon zaitun, selama dua tahun berturut-turut, dan para pakar industri memperingatkan akan meroketnya harga dan potensi kekurangan minyak zaitun.

Di Spanyol, produsen minyak zaitun terbesar di dunia, produksinya sudah anjlok. Untuk Eropa secara agregat, nilainya telah turun hingga 700.000 metrik ton atau 30%.

"Kenaikan suhu berisiko menghambat pertumbuhan ekonomi terbesar ketiga di UE, dimana sektor pariwisata dan pertanian merupakan sektor yang paling terkena dampaknya," pungkas Bank of Italy.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Perang! 195.000 Orang Tewas di Eropa, Ada 'Kiamat' Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular