
Baru 90 Hari Menjabat, Bos Bank Dunia Curhat Soal Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Bank Dunia (World Bank) Ajay Banga buka-bukaan persoalan yang tengah ia hadapi setelah 90 hari menjabat. Ia menduduki kursi bos Bank Dunia sejak 3 Mei 2023.
Curhat ini ia sampaikan dalam acara Plenary Session ASEAN-Indo Pacific Forum (AIPF) di Hotel Mulia Jakarta yang menjadi rangkaian acara KTT ke-43 ASEAN 2023 di Jakarta.
Ajay menceritakan, permasalahan pertama yang dia hadapi adalah kompleksitas krisis yang tengah dihadapi dunia saat ini. Misalnya, antara upaya penanganan kemiskinan yang selalu berhadapan dengan perubahan iklim.
Upaya penanganan kemiskinan yang juga menjadi fokus Bank Dunia pun semakin berat saat ini karena terdampak pandemi maupun berbagai konflik seperti perang Rusia-Ukraina dan tensi geopolitik di berbagai negara.
"Saya pikir semua ini merupakan krisis yang saling berkaitan dengan sangat serius," kata Ajaya dikutip Rabu (6/9/2023).
Namun, Ajay mengingatkan, selama 90 hari menjabat sebagai bos Bank Dunia, dia menemukan bahwa kompleksitas itu bisa diurai dengan cara memisahkan antara upaya memerangi kemiskinan dengan upaya menghadapi perubahan iklim.
Caranya adalah dengan fokus memerangi kemiskinan supaya bisa menciptakan dunia yang bebas kemiskinan, sambil menjaga planet bumi ini tetap layak huni. Artinya, mesin-mesin pertumbuhan ekonomi ke depan harus ramah lingkungan.
"Jadi itu adalah pesan pertama yang muncul dengan sangat jelas selama saya di sini," tutur mantan bos Mastercard itu.
Tantangan kedua, dia mengaku harus membawa Bank Dunia di saat negara-negara pendonornya, yakni negara-negara yang menjadi bagian dari organisasi G20 meminta evolusi besar-besaran secara internal.
Reformasi ini adalah dengan mendukung kerja sama menangani permasalahan negara yang memiliki implikasi secara global dan kehidupan masyarakat dunia. Caranya melalui penguatan model operasi dan kapasitas finansial.
Evolusi ini ditujukan untuk menghadapi permasalahan global yang terus berkembang, seperti perubahan iklim, pandemi, konflik, hingga kerawanan pangan. Ini tentu membutuhkan mekanisme baru dari sisi pendanaan untuk penanganannya.
"Jadi saya kira kita sedang melalui proses evolusi yang telah didorong oleh G20 dengan keras agar bank pembangunan multilateral dan organisasi internasional beradaptasi dan berubah terhadap persyaratan ini," ucapnya.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Presiden Bank Dunia Mampir ke Kantor Sri Mulyani, Ada Apa?
