Rupiah Ambruk Terbakar Harga Minyak, Dolar Tembus Rp 15.300

rev, CNBC Indonesia
06 September 2023 09:27
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah mendidihnya harga minyak dunia.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah 0,26% terhadap dolar AS di angka Rp15.300/US$ pada hari Rabu (6/9/2023). Ini menjadi kali pertama rupiah kembali ke level Rp15.300/US$ sejak 22 Agustus 2023 atau 11 hari terakhir.

Sedangkan untuk indeks dolar AS (DXY) juga mengalami apresiasi di angka 104,87 atau naik dari hari kemarin yang ditutup di angka 104,80.

Pelemahan rupiah kian terjadi di tengah banyaknya hujan sentimen negatif, terutama lonjakan harga minyak dunia. 
Harga minyak dunia melonjak ke level U
S$90 per barel pada perdagangan kemarin. Ini adalah kali pertama minyak brent menyentuh tersebut sejak 16 November 2022 atau hampir 10 bulan terakhir.

Harga minyak melonjak setelah Arab Saudi memangkas produksi sebesar 1 juta barel per day (bpd) secara sukarela hingga akhir tahun ini. Pemangkasan tersebut akan mengurangi produksi minyak hingga 9 juta bpd pada Oktober, November, dan Desember.

Rusia juga akan memperpanjang pemangkasan sukarela sebesar 300.000 hingga Desember 2023.

Lonjakan harga minyak akan berimplikasi kepada banyak hal. Lonjakan harga minyak dikhawatirkan akan melambungkan kembali inflasi sehingga harapan melihat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) melunak semakin menjauh.

"Kenaikan harga minyak akan menekan inflasi. Ini hanya akan membuat The Fed semakin bekerja keras menekan inflasi," tutur Keith Lerner, co-chief investment officer pada Truist Advisory Services, dikutip dari CNBC International.

Perangkat CME Fedwatch menunjukkan 93% investor yakin The Fed akan menahan suku bunga acuan di 5,25%-5,5% dalam pertemuan September. Sebanyak 7%memperkirakan adanya kenaikan suku bunga sebesar 25 bps.

Lonjakan harga minyak ikut menerbangkan imbal hasil US Treasury. Dengan adanya kekhawatiran kenaikan inflasi maka The Fed sulit melunak maka imbal hasil U

Tercatat imbal hasil US Treasury terus melambung. Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun kemarin menembus 4,27%, lebih tinggi dibandingkan hari sebelumnya yang tercatat 4,17%.

"Imbal hasil obligasi melonjak di hampir semua negara karena ada risiko perlambatan ekonomi. Situasi ini membuat orang kembali ke dolar AS dan surat utang," tutur Edward Moya, analis OANDA, dikutip dari Reuters.

Kenaikan ini membuat surat utang AS akan semakin menarik dan berpotensi terjadinya capital outflow dari Indonesia menuju AS.

Bagi Indonesia, lonjakan harga minyak juga menjadi kabar buruk karena akan membebani impor. Indonesia adalah net importir minyak sehingga kenaikan harga minyak akan langsung membuat nilai impor bengkak. Artinya, ada kebutuhan dolar AS yang meningkat. Hal ini membuat dolar AS kembali naik dan rupiah tertekan.
Lonjakan harga minyak juga bisa membebani anggaran karena subsidi BBM semakin membengkak.

Di tengah tekanan dari AS, namun China justru memberikan kabar baik dengan berbagai stimulus yang diberikan. Stimulus China ini diharapkan mampu menggerakkan ekonomi China yang berujung pada kabar baik bagi ekonomi Indonesia karena China merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Asia.

Geliat manufaktur sang Naga Asia juga sudah mulai kembali ekspansif nampak dari Caixin PMI Manufacturing di posisi 51 pada Agustus 2023. Nilai tersebut menjadi yang tertinggi dalam lima bulan terakhir atau sejak Februari 2023.

Kabar baik juga masih datang dari negeri asal Panda tersebut yakni bunga kredit kepemilikan rumah (KPR) untuk rumah baru dipangkas hingga 40 percentage points.

Lima bank besar China pada Jumat (2/9/2023) juga sepakat untuk memangkas bunga deposito di kisaran 10-25 bps. ICBC, China Construction Bank,dan Agricultural Bank of China adalah beberapa dari bank yang sepakat memangkas bunga deposito.

Bank sentral China (PBoC) juga dikabarkan akan memangkas persyaratan rasio minimum kepemilikan mata uang asing (RRR) di perbankan hingga 200 bps menjadi 4% mulai 15 September.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular