'Kiamat' Putin Insyaallah Batal, Sosok Ini Jadi Juru Selamat
Jakarta, CNBC Indonesia - Pembicaraan terkait dihidupkannya kembali Kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam terus berlanjut. Kali ini, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara langsung terkait hal ini dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Erdogan mengatakan bahwa ekspektasi Rusia sudah diketahui semua pihak dan bahwa kekurangan tersebut harus dihilangkan. Ia menambahkan bahwa Turki dan PBB telah menyusun paket saran baru untuk meredakan kekhawatiran Rusia.
"Sebagai Turki, kami yakin bahwa kami akan mencapai solusi yang memenuhi harapan dalam waktu singkat," kata Erdogan di resor Sochi di Laut Hitam setelah pertemuan tatap muka pertamanya dengan Putin sejak 2022.
Erdogan mengatakan Ukraina juga harus melunakkan posisi negosiasinya terhadap Rusia dalam pembicaraan mengenai menghidupkan kembali perjanjian tersebut dan mengekspor lebih banyak gandum ke Afrika daripada Eropa.
"Ukraina perlu melunakkan pendekatannya agar langkah bersama dengan Rusia bisa dilakukan," katanya.
Di sisi lain, Putin juga mengatakan Rusia bisa kembali ke kesepakatan, terutama jika Barat memenuhi komitmennya dalam kesepakatan tersebut.
"Saya tahu Anda bermaksud mengangkat masalah kesepakatan gandum. Kami terbuka untuk melakukan negosiasi mengenai masalah ini," kata Putin dalam komentar yang disiarkan televisi bersama Erdogan.
Selain itu, Putin sempat memberi inisiatif ke Turki untuk memasok secara mandiri hingga 1 juta ton biji-bijian Rusia. Komoditas Rusia akan diolah pabrik Turki dan dikirim ke negara-negara yang paling membutuhkan.
Kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam bertujuan untuk menyalurkan gandum dari Ukraina ke pasar dunia melalui Laut Hitam. Ini pun awalnya dilakukan untuk meredakan krisis pangan global yang menurut PBB telah diperburuk oleh serangan besar-besaran Rusia ke Ukraina pada Februari tahun lalu.
Rusia dan Ukraina adalah dua produsen pertanian utama dunia. Mereka adalah pemain utama di pasar gandum, barley, jagung, rapeseed, minyak rapeseed, biji bunga matahari, dan minyak bunga matahari.
Putin telah berulang kali mengatakan bahwa negara-negara Barat harus disalahkan atas "kepergian" Rusia dari perjanjian tersebut. Barat, katanya, tersebut gagal menerapkan memorandum terpisah yang disepakati dengan PBB soal pengabaian sanksi bagi komoditasnya.
Salah satu tuntutan utama Moskow adalah agar Bank Pertanian Rusia terhubung kembali ke sistem pembayaran internasional SWIFT. Ini disetop Uni Eropa pada Juni 2022.
Sementara itu, menanggapi pembicaraan Putin-Erdogan, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba, mengatakan Kyiv tidak akan mengubah pendiriannya. Namun pihaknya akan memperhatikan pendapat Turki mengenai perundingan Sochi.
"Kita tidak boleh terus menjadi sandera pemerasan Rusia, di mana Rusia menciptakan masalah dan kemudian mengajak semua orang untuk menyelesaikannya," kata Kuleba.
"Jelas bahwa kami akan membela semua posisi prinsip, terutama mengenai tekanan sanksi terhadap Federasi Rusia."
(luc/luc)