
Erdogan Tiba-Tiba 'Semprot' Putin, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Rabu (2/8/2023) meminta pemimpin Rusia Vladimir Putin untuk tidak meningkatkan ketegangan. Desakan ini muncul setelah Moskow menyerang fasilitas penting untuk pengiriman biji-bijian dari Ukraina.
"Erdogan mengatakan kepada Putin selama panggilan telepon bahwa tidak ada langkah yang harus diambil yang akan meningkatkan ketegangan, menekankan pentingnya kesepakatan biji-bijian yang disebutnya sebagai jembatan perdamaian," kata kantor pemimpin Turki tersebut, seperti dikutip AFP.
Kesepakatan itu memungkinkan Ukraina mengekspor biji-bijian melalui pelabuhan Laut Hitamnya. Namun ini gagal diperpanjang bulan lalu setelah Moskow mundur dari kesepakatan tersebut.
Sebelum pasukan Rusia menyerbu perbatasan Ukraina pada akhir Februari 2022, Kyiv dan Moskow diketahui merupakan salah satu lumbung pangan dunia. Kedua negara yang saling bertempur itu memproduksi biji-bijian seperti gandum dan jagung.
Peperangan keduanya pun telah mengganggu jalur distribusi pangan bagi dunia, utamanya negara-negara seperti Timur Tengah dan Afrika. Pasalnya, wilayah itu cukup bergantung dari pasokan kedua negara.
Sejak ditandatangani pada Juli tahun lalu dan ditengahi Turki dan PBB menyebut Inisiatif Butir Laut Hitam telah memungkinkan lebih dari 32 juta metrik ton komoditas pangan diekspor dari tiga pelabuhan Laut Hitam Ukraina yakni Odessa, Chornomorsk, dan Pivdennyi, ke 45 negara di seluruh dunia. Kesepakatan kemudian terus diperpanjang beberapa kali.
Namun, kali ini Rusia menolak untuk memperpanjang kembali kesepakatan biji-bijian. Moskow beralasan bahwa unsur-unsur perjanjian dalam kesepakatan yang memungkinkan ekspor makanan dan pupuk Rusia tidak dihormati.
Rusia tetap bergeming meski Erdogan sempat menekannya untuk memperpanjang kesepakatan biji-bijian setidaknya tiga bulan dan mengumumkan kunjungan Putin pada Agustus. Kesepakatan akhirnya telah berakhir pada 17 Juli lalu.
Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan keluarnya Rusia dari kesepakatan itu akan meningkatkan kerawanan pangan global dan dapat menaikkan harga, terutama di negara-negara miskin.
Sikap Kremlin
Kremlin pada Rabu menyatakan kembali posisinya pada kesepakatan biji-bijian Laut Hitam, dengan mengatakan siap untuk kembali ke sana "segera" setelah bagian yang menjadi perhatian Rusia dilaksanakan.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov berkomentar sehari setelah utusan AS untuk PBB mengatakan ada "indikasi" bahwa Rusia mungkin tertarik untuk kembali ke diskusi tentang kesepakatan itu, yang memungkinkan Ukraina mengekspor biji-bijian melalui laut.
Peskov juga mengatakan kepada wartawan bahwa Presiden Vladimir Putin mengadakan pembicaraan pada Rabu pagi dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan, yang negaranya menjadi perantara kesepakatan itu bersama dengan PBB pada Juli tahun lalu.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 3 'Pengkhianatan' Erdogan Terhadap Putin, Turki-Rusia Retak?
