
Perang Menggila! Putin & Kim Jong Un Satukan Kekuatan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berencana melakukan perjalanan ke Rusia bulan ini untuk bertemu Presiden Vladimir Putin. Hal itu diungkapkan seorang pejabat AS kepada CBS, sebagaimana dikutip BBC, Selasa (5/9/2023).
Kedua pemimpin akan membahas kemungkinan Korea Utara menyediakan senjata kepada Moskow untuk mendukung perangnya di Ukraina, kata pejabat itu. Lokasi pasti pertemuan yang direncanakan tidak jelas.
Belum ada komentar mengenai laporan tersebut, yang juga dimuat oleh media AS lainnya, dari Korea Utara atau Rusia.
Sumber mengatakan kepada New York Times bahwa Kim kemungkinan besar melakukan perjalanan dengan kereta lapis baja.
Kemungkinan pertemuan tersebut terjadi setelah Gedung Putih mengatakan pihaknya mendapat informasi baru bahwa perundingan senjata antara kedua negara "berkembang secara aktif".
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, telah mencoba "meyakinkan Pyongyang untuk menjual amunisi artileri" ke Rusia selama kunjungannya baru-baru ini ke Korea Utara.
Senjata yang dipamerkan pada pertemuan tersebut termasuk rudal balistik antarbenua Hwasong, yang diyakini sebagai ICBM pertama di negara tersebut yang menggunakan bahan bakar padat. Ini adalah pertama kalinya Kim membuka pintu negaranya untuk tamu asing sejak pandemi Covid-19.
Putin dan Kim sejak itu saling bertukar surat "berjanji untuk meningkatkan kerja sama bilateral mereka", katanya.
"Kami mendesak DPRK untuk menghentikan perundingan senjata dengan Rusia dan mematuhi komitmen publik yang telah dibuat Pyongyang untuk tidak menyediakan atau menjual senjata ke Rusia," kata Kirby, menggunakan singkatan dari Korea Utara.
Dia memperingatkan AS akan mengambil tindakan, termasuk menjatuhkan sanksi, jika Korea Utara benar-benar memasok senjata ke Rusia.
Ada kekhawatiran baik di Washington maupun di Seoul mengenai apa yang akan diperoleh Korea Utara sebagai imbalan atas kesepakatan tersebut, yang mungkin akan meningkatkan kerja sama militer antara kedua negara di Asia.
Pada Senin, dinas intelijen Korea Selatan memberi pengarahan bahwa Shoigu telah menyarankan Rusia, Tiongkok, dan Korea Utara untuk mengadakan latihan angkatan laut bersama, serupa dengan yang dilakukan oleh AS, Korea Selatan, dan Jepang.
Ketakutan lainnya adalah bahwa Rusia dapat memasok senjata kepada Korea Utara di masa depan, pada saat Pyongyang sangat membutuhkannya.
Yang lebih mengkhawatirkan lagi, Kim Jong Un mungkin akan meminta Putin untuk membekalinya dengan teknologi atau pengetahuan senjata canggih, untuk membantunya membuat terobosan dalam program senjata nuklirnya.
Namun, kesepakatan bisa jadi lebih bersifat transaksional dibandingkan strategis. Untuk saat ini, Rusia membutuhkan senjata, dan Korea Utara yang kelaparan membutuhkan uang dan makanan.
The New York Times melaporkan bahwa pertemuan antara Kim dan Putin kemungkinan akan berlangsung di kota pelabuhan Vladivostok, di pantai timur Rusia.
Koresponden diplomatik surat kabar tersebut, Edward Wong, mengatakan kepada BBC News bahwa tim pendahulu yang terdiri dari pejabat Korea Utara telah melakukan perjalanan ke Vladivostok dan Moskow pada akhir bulan lalu.
Mereka "termasuk petugas keamanan yang menangani protokol seputar perjalanan pemimpin, jadi itu merupakan pertanda kuat bagi para pejabat untuk memperhatikan hal ini", kata Wong.
Pyongyang dan Moskow sebelumnya membantah bahwa Korea Utara memasok senjata ke Rusia untuk digunakan dalam perang di Ukraina.
John Everard, yang menjabat sebagai duta besar Inggris untuk Korea Utara antara 2006 dan 2008, mengatakan kepada BBC bahwa publisitas seputar kemungkinan kunjungan tersebut adalah "alasan kuat mengapa kunjungan tersebut sekarang tidak mungkin dilakukan", karena Kim "benar-benar paranoid terhadap keamanan pribadinya".
Dan meskipun Korea Utara memiliki persediaan senjata yang dibutuhkan Moskow, "kondisinya sangat memprihatinkan", tambahnya.
Kedua pemimpin terakhir kali bertemu pada April 2019, ketika Kim tiba dengan kereta api di Vladivostok. Ia disambut oleh pejabat dengan persembahan tradisional berupa roti dan garam. Ini mungkin juga kali terakhir Tuan Kim bepergian ke luar negeri.
Setelah pertemuan tersebut, Putin mengatakan bahwa Kim memerlukan "jaminan keamanan" untuk menghentikan program nuklirnya.
Pertemuan itu terjadi hanya beberapa bulan setelah pertemuan puncak di Vietnam antara Kim dan Presiden AS saat itu Donald Trump gagal mencapai kemajuan dalam denuklirisasi semenanjung Korea.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kim Jong Un Tiba di Rusia, Resmi Bantu Putin Lawan Ukraina?
