
Gempar RI Impor Nikel Filipina, Menteri ESDM Buka Suara

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak tahun 2020, pemerintah melakukan pelarangan impor bijih nikel dari luar negeri. Namun baru-baru ini diketahui ada perusahaan "nakal" yang melakukan impor. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pun buka suara perihal adanya perusahaan smelter asal Indonesia yang melakukan kegiatan impor bijih nikel dari luar negeri. Terutama nikel yang berasal dari Filipina.
Arifin menilai keputusan perusahaan tersebut melakukan pembelian bijih nikel dari Filipina lantaran tersendatnya pasokan bahan baku yang berasal dari Blok Mandiodo. Adapun, operasi tambang Blok Mandiodo saat ini tengah dihentikan menyusul adanya kasus tindak pidana korupsi pada wilayah IUP milik PT Antam tersebut.
"Kita sudah telusuri berita-berita tersebut. Terindikasi perusahaan yang impor itu adalah perusahaan yang selama ini mengambil bahan baku dari Blok Mandiodo yang saat ini bermasalah," ungkap Arifin dalam Rapat Kerja bersama Komisi VII DPR, dikutip Sabtu (2/9/2023).
Karena perusahaan tersebut harus melanjutkan proses pengolahan dan terikat kontrak dengan off taker, maka langkah pembelian bijih nikel dari luar negeri akhirnya harus dilakukan.
"Mereka mengambil langkah ini karena memang secara keseluruhan karena tidak boleh ekspor ore nikel semua produsen tambang sudah terikat dengan off taker smelter yang sedang berjalan," kata dia.
Seperti diketahui, Kementerian ESDM baru-baru ini mengungkapkan terdapat perusahaan asal Indonesia yang melakukan kegiatan pembelian bijih nikel dari luar negeri. Padahal Indonesia sendiri merupakan negara penghasil nikel terbesar di dunia saat ini.
Plt. Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Muhammad Wafid membeberkan perusahaan yang dimaksud melakukan impor bijih nikel dari Filipina. Mereka beralasan, impor bijih nikel dilakukan lantaran kurangnya pasokan bahan baku di dalam negeri.
"Ada isu nikel yang diimpor dari Filipina karena smelter kekurangan bahan," kata Wafid.
Meski begitu, Wafid memastikan berdasarkan perhitungan seluruh Rencana Keuangan dan Anggaran Biaya (RKAB) nikel yang diterbitkan, bijih nikel untuk pasokan smelter di dalam negeri seharusnya mencukupi.
"Saya sampaikan bahwa saya coba hitung seluruh RKAB yang sudah kita setujui jumlahnya berapa input nikel yang dibutuhkan berapa hasilnya masih cukup. Tidak ada kekurangan di sekitar Sulawesi Utara, jadi terpaksa harus impor mungkin hal lain ya," kata Wafid.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article ESDM: Indonesia Butuh Hilirisasi Nikel!
