Heboh RI Tiba-Tiba Impor Nikel, Ternyata Ini Biang Keroknya

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
01 September 2023 08:05
A worker poses with a handful of nickel ore at the nickel mining factory of PT Vale Tbk, near Sorowako, Indonesia's Sulawesi island, January 8, 2014. REUTERS/Yusuf Ahmad
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Indonesia ternyata sudah melakukan impor bijih nikel dari negara tetangga, Filipina.

Padahal, Indonesia diketahui sebagai produsen sekaligus pemilik cadangan nikel terbesar no.1 di dunia. Lantas, kenapa impor ini terjadi?

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif akhirnya angkat suara perihal impor bijih nikel RI ini. Arifin menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan perusahaan smelter tersebut melakukan pembelian bijih nikel dari luar negeri. Salah satunya, yaitu karena operasional Blok Mandiodo yang dioperasikan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) di Sulawesi Tenggara dihentikan akibat tengah diselidikinya dugaan kasus korupsi oleh Kejaksaan.

Arifin membeberkan, selama ini perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan impor nikel tersebut mendapat pasokan bijih nikel dari Blok Mandiodo. Sementara, ketika operasional tambang tersebut dihentikan, maka sangat berpengaruh terhadap pasokan ke smelter.

Di sisi lain, tambang nikel lain yang masih melakukan kegiatan produksi juga sudah terikat dengan perusahaan smelter lainnya. Sehingga, ia pun mempersilahkan bagi perusahaan tersebut melakukan impor untuk sementara waktu.

"Tambang lain kan terikat, mereka kan juga gak mau ekstra produksi. Jadi memang untuk menutup gap yang sementara ini mereka impor. Ya silahkan. Tapi ke depannya ya kita akan carikan supaya bisa (dapat pasokan dari tambang dalam negeri)," kata Arifin usai Rapat Kerja bersama Komisi VII DPR RI, Kamis (31/8/2023).

Sebagaimana diketahui, Kejaksaan Agung (Kejagung) RI beberapa waktu lalu, Rabu (09/08/2023) menetapkan dua tersangka baru dalam kasus dugaan Tipikor pertambangan Blok Mandiodo ini.

Kedua tersangka tersebut yaitu mantan Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaluddin dan HJ sebagai Sub Koordinator Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) Kementerian ESDM.

Dengan ditetapkannya Ridwan dan HJ sebagai tersangka, maka Tim Penyidik Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara telah menetapkan 10 orang tersangka. Seluruh tersangka tersebut berasal dari PT Aneka Tambang Tbk, PT Lawu Agung Mining, PT Kabaena Kromit Pratama dan beberapa pejabat dari Kementerian ESDM.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia tercatat mengimpor ore atau bijih nikel dan konsentratnya dengan Kode HS 26040000 dari Filipina seberat 38.850.000 kilogram pada Mei 2023.

Jika ditelusuri dari tahun sebelumnya, seperti pada 2022, tidak ada impor ore nikel dan konsentratnya dari Filipina, begitu juga dengan catatan pada 2021 dan 2020.

Namun, pada 2019, tercatat impor dari Filipina sudah ada sebesar 56.663.000 kg pada Juni, dan 55.530.000 kg Agustus melalui Kolonodale, serta 57.000.000 kg pada Juli melalui Poso.

Pada 2023 sendiri, selain dari Filipina, impor nikel dan konsentratnya juga tercatat dari Australia, Brasil, China, dan Singapura. Meskipun, besarannya tak mencapai puluhan juta kg seperti dari Filipina, melainkan berkisar satuan hingga ribuan kilogram melalui Soekarno-Hatta, Pulau Obi, dan Tanjung Priok.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, mengolah data USGS 2023, Indonesia merupakan pemilik terbesar no.1 cadangan nikel dunia atau setara 21% dari total cadangan nikel dunia. Begitu juga dari sisi produksi, Indonesia merupakan peringkat no.1 terbesar sebagai produsen nikel di dunia atau 48% dari total produksi nikel dunia.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nikel RI Nyata Diburu Pasar Dunia, Ini Bukti Terbaru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular