Internasional

Media Asing Singgung RI soal Polusi, Ungkap Fakta Mengerikan

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
30 August 2023 16:20
Polusi udara Jakarta akibat kemacetan, (CNBC Indonesia/Faisal Rahmani)
Foto: Polusi udara Jakarta akibat kemacetan, (CNBC Indonesia/Faisal Rahmani)

Jakarta, CNBC Indonesia - Polusi udara kini menjadi salah satu ancaman besar terhadap kesehatan manusia. Polusi, yang dihasilkan dari kebakaran hutan hingga emisi kendaraan, bahkan lebih berbahaya daripada tembakau atau alkohol.

Sebuah penelitian yang dikeluarkan oleh Institut Kebijakan Energi di Universitas Chicago (EPIC) belum lama ini menunjukkan bahwa polusi udara makin buruk di wilayah tertentu di dunia termasuk di wilayah Asia dan Afrika.

"Polusi udara partikulat tetap menjadi risiko eksternal terbesar di dunia terhadap kesehatan manusia", demikian laporan tersebut, seperti dikutip Euronews, Rabu (30/8/2023).

"(Sebanyak) 98,4% negara Eropa masih belum memenuhi pedoman baru WHO yaitu 5 mikrogram/m3," kata laporan tersebut.

Secara umum, kualitas udara telah meningkat selama beberapa dekade terakhir di Eropa. Namun semua upaya ini terancam oleh meningkatnya jumlah kebakaran hutan di seluruh dunia yang menyebabkan puncak polusi udara.

Kebakaran hutan sendiri disebabkan oleh meningkatnya suhu dan semakin seringnya kekeringan, terkait dengan perubahan iklim.

Gambarannya berbeda-beda di seluruh Eropa. Para ilmuwan EPIC menyebut penduduk di Eropa Timur hidup 7,2 bulan lebih sedikit dibandingkan tetangga mereka di barat karena udaranya lebih kotor.

Lembah Po, di Italia utara, adalah contoh kawasan yang sangat tercemar. Harapan hidup penduduk bisa meningkat 1,6 tahun jika tingkat polusi memenuhi pedoman WHO.

Laporan tersebut juga menyebut Bosnia dan Herzegovina tetap menjadi negara paling tercemar di Eropa, dimana penduduknya kehilangan 1,8 tahun hidup mereka.

Potensi peningkatan harapan hidup dengan mengurangi PM2.5 secara permanen dari konsentrasi tahun 2021 sesuai pedoman WHO, membandingkan Eropa Timur versus Eropa Barat. Gambar dibuat oleh Indeks Kehidupan Kualitas Udara (AQLI) untuk Lembar Fakta Eropa, di mana enam negara menyerap tiga perempat dampak polusi udara dunia.

Negara Asia dan Afrika yang Terdampak

Bangladesh, India, Pakistan, China, Nigeria, dan Indonesia adalah negara yang paling terkena dampaknya. Laporan tersebut menyebut penduduknya kehilangan satu hingga lebih dari enam tahun hidup mereka karena udara yang mereka hirup.

New Delhi tetap menjadi kota besar yang paling tercemar di dunia dengan tingkat rata-rata tahunan partikel halus mencapai 126,5 mikrogram/m3. WHO merekomendasikan menjaga kualitas udara di bawah 5 mikrogram/m3.

Sebaliknya, China sedang berupaya memperbaiki kualitas udaranya. Hal ini telah menurunkan rata-rata polusi sebesar 42,3% antara tahun 2013 dan 2021.

"Rata-rata warga China dapat hidup 2,2 tahun lebih lama, asalkan pengurangan tersebut berkelanjutan. Namun, polusi di Tiongkok masih enam kali lebih tinggi dibandingkan pedoman WHO," kata laporan EPIC.

Meskipun demikian, dana yang dialokasikan untuk memerangi polusi udara, hanya mewakili sebagian kecil dari dana yang dialokasikan untuk penyakit menular.

Hal yang tidak membuat keadaan menjadi lebih baik, menurut para ilmuwan di EPIC, adalah banyak negara yang mengalami polusi udara tidak memiliki infrastruktur dasar untuk polusi udara.

"Asia dan Afrika menyumbang 92,7% tahun kehidupan yang hilang akibat polusi, namun hanya 6,8 dan 3,7% pemerintah di Asia dan Afrika yang memberikan data kualitas udara terbuka sepenuhnya kepada warganya," kata laporan itu.

Partikulat halus disebabkan oleh kebakaran, aktivitas industri, dan kendaraan bermotor. Mereka bersifat karsinogenik dan meningkatkan risiko penyakit paru-paru, penyakit jantung, dan stroke.

Menurut angka dari WHO, 36% kanker paru-paru terkait dengan emisi ini, begitu pula 34% stroke dan 27% penyakit jantung.

Kepatuhan terhadap ambang batas WHO untuk paparan partikel halus akan meningkatkan harapan hidup global sebesar 2,3 tahun, perkiraan EPIC, berdasarkan data yang dikumpulkan pada tahun 2021.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Media Asing Sorot Jakarta, Sebut Kota Paling "Beracun"

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular