
Malapetaka Baru Eropa: Kebakaran Hutan-Nuklir, dan Banjir

Jakarta, CNBC Indonesia - Musim panas yang ekstrem melanda Eropa sejak pertengahan tahun ini. Kondisi ini menyebabkan timbulnya bencana-bencana baru seperti kebakaran hutan hingga banjir, serta kelumpuhan di aliran air dan gangguan pembangkit nuklir.
Dalam pekan ini saja, petugas pemadam kebakaran di Yunani telah berjuang untuk memadamkan api yang menghancurkan rumah-rumah di dekat ibu kota Athena. Kebakaran ini telah menyebabkan sejumlah kematian yang dilaporkan secara nasional.
Petugas pemadam kebakaran pada hari Selasa menemukan 18 mayat terbakar yang diyakini adalah migran yang melintasi perbatasan Turki di dekat kota Alexandroupolis di timur laut. Dua orang tewas dan dua petugas pemadam kebakaran terluka dalam kebakaran terpisah pada hari Senin.
Di Prancis, produsen listrik EDF, mengatakan pengurangan produksi tenaga listrik dari nuklir kemungkinan besar terjadi pada akhir pekan. Pada hari yang sama, Paris mengeluarkan peringatan panas ekstrem untuk empat departemen regional di wilayah selatan Rhone, Drome, Ardeche, dan Haute-Loire.
Italia mengeluarkan peringatan kesehatan atas naiknya suhu. Suhu pada hari Jumat diperkirakan mencapai puncaknya sekitar 40 derajat Celcius di wilayah Sardinia.
Pihak berwenang Turki mengatakan pada hari Rabu bahwa pelayaran di Selat Dardanelles akan dibuka kembali sebagian setelah petugas pemadam kebakaran menghentikan penyebaran kebakaran hutan yang terjadi selama dua hari di Barat Laut negara itu.
"Penangguhan kapal yang melintasi rute pelayaran, yang menghubungkan Laut Aegea dan Laut Hitam, diperintahkan agar helikopter dan pesawat dapat mengambil air untuk memadamkan api," menurut laporan Reuters.
Fenomena akibat pemanasan global juga ikut memukul Norwegia. Negara Skandinavia itu dilanda hujan deras, banjir, dan tanah longsor dalam beberapa pekan terakhir.
Swiss, yang notabene adalah negara di pegunungan, juga merasakan dampak serupa. Badan cuaca Swiss menyebutkan pada hari Senin, pembacaan dari balon cuaca menunjukkan garis nol derajat di Payerne di Swiss barat telah naik ke ketinggian 5.298 meter. Ini merupakan level tertinggi sejak pencatatan dimulai hampir 70 tahun lalu.
Perjuangan berkepanjangan di Eropa dengan kondisi cuaca ekstrim ini terjadi tak lama setelah data resmi menunjukkan Juli adalah bulan terpanas dalam sejarah. Pemanasan, yang disebabkan oleh pencemaran berlebih, membuat cuaca ekstrem dan dampaknya menjadi lebih sering dan intens.
"Ini adalah kondisi normal baru dan tidak mengejutkan," kata pakar iklim Organisasi Meteorologi Dunia PBB Alvaro Silva, kepada CNBC International, dikutip Sabtu (26/8/2023).
"Ada keyakinan yang tinggi bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia dan emisi rumah kaca adalah penyebab utamanya. Hal ini memberi kita konteks jangka panjang atas meningkatnya kejadian dan tingkat keparahan cuaca ekstrem dan peristiwa ekstrim tersebut."
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hari Ini Wilayah RI Diramal Panas Mendidih, BMKG Buka Suara..
