Internasional

Bukan Main! Harga Rumah Orang Kaya di Kota Ini Meroket 50%

Eqqi Syahputra, CNBC Indonesia
Sabtu, 26/08/2023 18:00 WIB
Foto: AP/Kamran Jebreili

Jakarta, CNBC Indonesia - Rumah mewah menjadi hunian yang digemari oleh beberapa orang, seperti pebisnis, hingga public figure. Kekayaan mereka jelas menjadi penyokong utama mereka bisa memiliki rumah mewah.

Adanya inflasi membuat rumah mewah yang sudah mahal tersebut kini kian menjadi mahal. Fenomena meroketnya harga rumah ini banyak terjadi di negara-negara maju.

Dikutip dari CNBC Internasional dari laporan Knight Frank, harga rumah mewah di kota Dubai, Uni Emirat Arab melonjak hampir 50% hingga bulan Juni 2023. Dengan ini, Dubai masih mempertahankan posisinya di posisi paling atas dengan kenaikan harga rumah paling tinggi selama delapan kuartal berturut-turut.


Di peringkat kedua ada Tokyo, Jepang yang mengalami kenaikan tahunan sebesar 26,2%. Sedangkan peringkat ketiga ada Manila, Filipina yang harga rumah mewahnya terus meningkat sebesar 19,9%.

Kemudian ada juga Shanghai,Tiongkok, yang harga rumah mewah bertambah 6,7%, dan Singapura, yang naik 4,2%. Bahkan untuk Singapura, sejak akhir April, orang asing yang membeli properti residensial di Singapura harus membayar bea materai pembeli tambahan sebesar 60%, dua kali lipat dari sebelumnya yang sebesar 30%.

"Masuknya ekspatriat ke Singapura, didorong oleh berkembangnya sektor jasa keuangan dan profesional, berdampak lebih besar pada pasar sewa dibandingkan pasar penjualan," tulis laporan Knight Frank, dikutip dari CNBC Internasional, Sabtu (26/8/2023).

Berbeda dengan negara-negara di atas, ada beberapa negara di mana harga rumah mewah malah merosot. Contohnya saja seperti harga rumah mewah di Hong Kong yang turun 1,5% selama setahun terakhir sebagai akibat dari lonjakan persediaan yang tidak terjual dari proyek-proyek yang baru dikembangkan.

Dalam upaya untuk merangsang permintaan, pemerintah Hong Kong menaikkan rasio pinjaman hipotek terhadap nilai menjadi 70% untuk properti residensial senilai US$1,9 juta atau kurang. Meski begitu, analis Knight Frank mengatakan bahwa langkah tersebut untuk meningkatkan penjualan dan pertumbuhan masih belum pasti.

Kemerosotan harga mewah lainnya yakni di New York, Amerika Serikat yang turun 3,9%, dan San Francisco yang mencatat penurunan 11,1%. Sedangkan kota Frankfurt di Jerman berada di urutan terbawah dengan penurunan 15,1%.

Secara keseluruhan, harga rata-rata tahunan naik 1,5% di 46 negara berdasarkan Knight Frank Prime Global Cities Index.

"Pasar perumahan global masih berada di bawah tekanan akibat peralihan ke suku bunga yang lebih tinggi," kata Kepala Riset Global Knight Frank, Liam Bailey.

Namun, ia mencatat hasil indeks tersebut merupakan penegasan bahwa harga didukung oleh kuatnya permintaan, lemahnya pasokan akibat terganggunya proyek pembangunan baru selama pandemi, serta kembalinya pekerja ke perkotaan.

"Karena ketidakpastian mengenai arah inflasi tampaknya telah berkurang dalam beberapa bulan terakhir penyesuaian harga di banyak pasar kemungkinan tidak terlalu terasa dibandingkan perkiraan tiga bulan lalu," tambah Bailey.


(dce)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ritel Bahan Bangunan Bertahan di Tengah Daya Beli Lesu