Duh! Pabrik Penggilingan Padi Tradisional di RI Bertumbangan

Martyasari Rizky, CNBC Indonesia
18 August 2023 16:05
Buruh tani padi memanen padi diKawasan persawahan Primeter Selatan, Tangerang, Banten, Kamis (1/3/2018). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga rata-rata Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp 5.207,00 per Kg atau turun 3,84 persen dan di tingkat penggilingan Rp 5.305,00 per Kg di Februari 2018. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perppadi), Sutarto Alimoeso menyebut pabrik penggilingan padi tradisional di Indonesia sudah banyak yang mati dari beberapa tahun yang lalu. Hal ini disebabkan karena persaingan di antara penggilingan padi yang sudah melebihi kapasitas idealnya.

"Kalau penggilingan padi ini memang sudah terjadi permasalahan, banyak penggilingan padi yang mati itu sebenarnya sudah sejak beberapa waktu yang lalu. Kenapa? Karena memang penggilingan padi di Indonesia itu sudah terlalu berlebih sehingga terjadi persaingan diantara mereka," kata Sutarto kepada CNBC Indonesia, Jumat (18/8/2023).

Dengan jumlah penggilingan yang sudah berlebih, ditambah produksi padi yang mengalami penurunan, hal ini menyebabkan banyak penggilingan padi tradisional yang kalah bersaing dengan penggilingan besar.

"Persaingan itu kan yang menang pasti yang punya modal besar, jadi sebenarnya itu. Nah sekarang, beberapa ini terjadi, ditambah lagi kalau ada gangguan pada produksi. Jadi kalau produksinya kurang ya pasti akan menambah jumlah yang akan mati (penggilingan padi)," ujarnya.

Namun demikian, Sutarto tak bisa merinci ada berapa banyak penggilingan padi yang mati di setiap daerah, sebab masing-masing daerah berbeda, tergantung bagaimana persaingan diantara yang besar dengan yang kecil.

"Nah berapa besarnya itu tidak sama, masing-masing daerah itu tidak sama, tergantung bagaimana persaingan diantara yang besar dengan yang kecil. Kalau disitu tumbuh investasi baru, penggilingan padi yang besar, pasti akan berpengaruh terhadap yang kecil," terang dia.

Buruh tani padi memanen padi diKawasan persawahan Primeter Selatan, Tangerang, Banten, Kamis (1/3/2018). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga rata-rata Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp 5.207,00 per Kg atau turun 3,84 persen dan di tingkat penggilingan Rp 5.305,00 per Kg di Februari 2018. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Buruh tani padi memanen padi diKawasan persawahan Primeter Selatan, Tangerang, Banten, Kamis (1/3/2018). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga rata-rata Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp 5.207,00 per Kg atau turun 3,84 persen dan di tingkat penggilingan Rp 5.305,00 per Kg di Februari 2018. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

"Kalau ditanya berapa? masing-masing daerah berbeda, misalnya kalau kita bicara di Jawa Tengah itu antara Boyolali, Klaten, Sragen itu beda-beda kasusnya di lapangan," imbuhnya.

Sutarto mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pabrik penggilingan padi yang beroperasi dari tahun 2012 ke 2020 terlihat perbedaan yang sangat jelas. Jika pada tahun 2012 ada 180 ribu lebih pabrik yang beroperasi, pada tahun 2020 pabrik penggilingan padi yang beroperasi tinggal 169 ribu

"Itu saja kan sudah menunjukkan bahwa pasti ada yang mati, meskipun yang mati bukan hanya yang kecil, termasuk yang besar pun ada yang mati," tuturnya.

Sebelumnya, Dirut Perum Bulog Budi Waseso mengungkapkan produksi padi kian menyusut yang menyebabkan beberapa penggilingan padi harus tutup karena tidak ada stok gabah.

"Ya itu (penggilingan tutup) yang sedang ditangani oleh Kementerian Pertanian karena dengan teknologi sekarang industri-industri beras yang besar itu akan menyedot daripada produksi petani, di sisi lain itu menguntungkan buat petani,: ungkap Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso saat ditemui di Gedung MPR/DPR Jakarta, Rabu (16/8/2023).

Selain sulit dapat pasokan gabah, penggilingan juga harus membeli gabah dengan harga jual cukup mahal. Menurut pria yang akrab disapa Buwas itu, saat ini rerata harga gabah kering panen (GKP) sudah Rp 6.200 sampai Rp 6.700 per kg atau di atas HPP.

"Karena harganya tinggi. Kalau penggilingan tradisional itu kan terbatas terus karena peralatannya kalah canggih maka hasil dari produksinya pasti tidak kualitas premium. Tapi bukan berarti kita mengabaikan yang tradisional karena keterbatasan produksi tadi sehingga yang penggilingan-penggilingan kecil itu tidak dapat suplainya," tutur Buwas.


(wur/wur)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sah! Pemerintah Naikkan Harga Gabah dan Beras, Ini Rinciannya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular