
Ternyata Ini Alasan Swedia-Denmark Jadi Lokasi Bakar Al-Quran

Jakarta, CNBC Indonesia - Rentetan aksi pembakaran kitab suci Al-Qur'an di dua negara Skandinavia, Swedia dan Denmark, menjadi sorotan dunia Islam. Banyak yang menyayangkan mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Lalu apa alasannya dua negara Eropa tersebut menjadi lokasi penistaan kitab suci? Alasannya ada di aturan kedua negara itu sendiri.
Sejauh ini, Swedia dan Denmark adalah salah satu negara paling liberal dan sekuler di dunia. Kebebasan berbicara diabadikan dalam konstitusi mereka.
Negara ini, tidak memiliki undang-undang penodaan agama. Ini artinya menghina agama atau menodai kitab suatu agama seperti Al-Qur'an bukanlah tindakan ilegal.
"Perlindungan Swedia, di bawah konstitusi Swedia, untuk kebebasan berekspresi, adalah perlindungan terkuat di dunia - bahkan lebih dari amandemen pertama di Amerika Serikat," kata Marten Schutlz, profesor hukum di Universitas Stockholm, kepada CNN International.
"Kebebasan berbicara hampir selalu menjadi prioritas pertama dalam semua konflik kepentingan atau nilai," tambahnya.
Di Swedia, polisi hanya dapat menolak izin dengan alasan keamanan. Aturan ini pernah diuji saat otoritas polisi Swedia berusaha mencegah Salwan Momika melakukan aksi pembakaran Al-Qur'an dengan menolak izinnya pada Februari, yang kemudian dibatalkan oleh Pengadilan Banding Swedia.
"Polisi secara hukum hanya diperbolehkan untuk mengatakan tidak jika mereka tidak dapat menjamin keamanan di demonstrasi itu sendiri. Mereka tidak dapat memperhitungkan perspektif politik yang lebih luas," kata ilmuwan politik di Universitas Mid Swedia, Sofie Blomback.
Meski begitu, pembakaran kitab suci ini telah menjadi bumerang bagi Denmark dan Swedia. Menteri Luar Negeri Denmark Lars Lokke Rasmussen mengatakan Kopenhagen berupaya membuat aturan yang melarang aksi semacam itu.
"Itulah mengapa kami telah memutuskan di pemerintahan bahwa kami akan melihat bagaimana, dalam situasi yang sangat khusus, kami dapat mengakhiri ejekan terhadap negara lain, yang bertentangan langsung dengan kepentingan Denmark dan keamanan Denmark," kata Rasmussen kepada penyiar publik Denmark DR yang diberitakan Associated Press (AP).
Rasmussen mengatakan Kabinet Perdana Menteri Mette Frederiksen bertekad untuk menemukan alat hukum untuk melarang tindakan semacam itu tanpa mengorbankan kebebasan berekspresi. Tetapi ia mengakui itu tidak mudah.
Di Swedia, Perdana Menteri (PM) Ulf Kristersson mengatakan di Instagram bahwa pemerintahnya sedang menganalisis situasi hukum terkait penodaan Al-Qur'an dan kitab suci lainnya. Mengingat tindakan semacam itu menimbulkan permusuhan terhadap Swedia.
"Kami berada dalam situasi kebijakan keamanan paling serius sejak Perang Dunia Kedua," pungkas Kristersson.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Karma' Bakar Al-Quran, Begini Nasib Kedutaan Swedia di Irak