Rusia Kecewa Berat kepada Arab Saudi, Ada Apa Putin?
Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa diplomat Rusia mengaku kecewa dengan KTT soal perang Ukraina di Jeddah, Arab Saudi, akhir pekan lalu. Pasalnya, Moskow tidak diundang dalam pertemuan itu sementara Kyiv mendapatkan undangan.
Dalam sebuah keterangan kepada The Moscow Times, para diplomat melihat bahwa manuver semacam ini hanya akan menaikan posisi Ukraina dalam dunia internasional. Ditakutkan nantinya apapun yang telah dikuasai Rusia di Ukraina, termasuk Krimea, tak akan mendapatkan pengakuan internasional.
"Fakta bahwa kami tidak ada di sana secara alami tidak menyenangkan bagi kami. Seperti fakta bahwa mereka bergosip tanpa kita," ujar para diplomat itu, dikutip Kamis (10/8/2023).
KTT akhir pekan di Jeddah, Arab Saudi dihadiri oleh delegasi lebih dari 40 negara. Di antara mereka adalah perwakilan dari sekutu Ukraina di Eropa dan Amerika Serikat (AS), serta dari India dan Brasil.
Bahkan Beijing, yang awalnya tidak berniat untuk berpartisipasi dan yang dianggap Kremlin sebagai sekutu terkuatnya, setuju pada menit terakhir untuk mengirim perwakilan.
Dengan adanya kegiatan semacam ini, para diplomat Moskow mengaku akan mengambil langkah-langkah serius yang ditujukan untuk merangkul negara-negara berkembang yang seringkali dikenal dengan istilah Global South. Salah satunya adalah dengan KTT Rusia-Afrika di St Petersburg beberapa waktu lalu.
"Moskow akan mendapat manfaat dari mengadakan pertemuan puncaknya sendiri untuk mencari penyelesaian yang dinegosiasikan berbeda dengan inisiatif Kyiv. Tapi masalah kedua Kremlin adalah belum siap untuk membuat kompromi sedikitpun dalam pembicaraan," kata diplomat Rusia lainnya.
"Rusia bukan bagian dari negosiasi bukan karena bukan peserta dalam KTT ini, tetapi karena tidak siap untuk berkompromi dan menyerah."
Boris Bondarev, mantan anggota misi Rusia untuk PBB di Jenewa, mengatakan bahwa dengan ego kedua pihak yang masih sangat tinggi, nasib perdamaian mungkin akan ditentukan di medan perang.
"Sampai salah satu pihak lawan kehabisan kapasitas untuk terus berperang, tidak ada pembicaraan damai yang dapat dilakukan, karena tidak ada pihak yang tertarik untuk menahannya."
(luc/luc)