
Media Asing Sorot Pilpres RI, Pantau Anies-Prabowo-Ganjar

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemberitaan soal pemilihan presiden (Pilpres) RI mulai banyak di beberapa media internasional. Tak hanya kanal resmi tapi juga blog pemerhati.
Ini tak cuma menyangkut satu bakal calon presiden (capres) saja. Semuanya disebut, mulas dari Anies Baswedan, Prabowo Subianto hingga Ganjar Pranowo.
Mulai dari sekedar pengenalan sosok, siapa yang memimpin survei di antara bankal calon hingga ke mana dukungan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Berikut lengkapnya dirangkum CNBC Indonesia:
Anies Baswedan
Blog khusus The University of Melbourne "Indonesia at Melbourne", memuat tulisan soal Anies Baswedan. Indonesia at Melbourne sendiri adalah platform untuk analisis, penelitian dan komentar tentang Indonesia kontemporer yang dijalankan Centre for Indonesian Law, Islam and Society (CILIS) di Melbourne Law School.
Tulisan soal Anies ini dimuat Helen Pausacker. Ia merupakan Wakil Direktur CILIS dan Editor Eksekutif untuk Australian Journal of Asian Law.
Dalam artikel "2024 elections: the third candidate, Anies Baswedan", ia menulis bagaimana di tiga kali pemilu RI sebelumnya, 2009, 2014 dan 2019, hanya ada dua kandidat bersaing di puncak jabatan presiden. Namun kali ini, kemungkinan ada tiga nama.
Dikatakannya sebenarnya jajak pendapat menunjukan Anies tidak mungkin maju ke putaran kedua sebagai calon presiden. Tapi, kata dia, Anies tampaknya bertekad untuk tetap maju dengan dukungan dari koalisi tiga partainya Nasional Demokrat (NasDem), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Demokrat.
"Lantas, siapakah Anies, dan mengapa ia begitu bertekad untuk tetap bertahan?," katanya dikutip Kamis (10/8/2023).
Ia kemudian menguliti profil Anies. Mulai dari kapan ia lahir, hingga mapannya keluarga mantan rektor itu.
"Kakek Anies, Abdurrahman Baswedan, adalah seorang jurnalis dan menteri kabinet selama Revolusi Indonesia. Kedua orang tuanya adalah akademisi, di mana ayahnya, Rasyid Baswedan, adalah mantan rektor Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta.,Istri Anies, Fery Farhati Ganis, adalah seorang pendidik anak usia dini," tulisnya.
"Anies bersekolah di sekolah dasar dan menengah negeri tetapi juga menghabiskan satu tahun sebagai siswa pertukaran AFS di Milwaukee, Wisconsin," tambahnya.
"Berbeda dengan Ganjar atau Jokowi (Presiden Joko Widodo), Anies berasal dari keluarga yang mapan di masyarakat, seperti halnya Prabowo," jelasnya.
Ia pun menyinggung bagaimana Anies sempat menjadi kabinet transisi untuk presiden terpilih, Jokowi. Ia pun menjelaskan bagaimana di 2016, Anies dan Jokowi tampak berselisih.
"Anies dipecat di tengah kritik atas kinerjanya dan tuduhan tidak memprioritaskan program Indonesia Pintar (Indonesia Pintar) Jokowi, yang memberikan bantuan kepada siswa sosial ekonomi rendah," tulis Pausacker.
"Dia kemudian mengarahkan pandangannya pada jabatan politik baru, mencalonkan diri untuk pemilihan Gubernur Jakarta 2017 dengan Sandiaga Uno sebagai pasangannya," tambahnya menyebut nama Menteri Pariwisata RI saat ini.
Saat Anies menjadi Gubernur Jakarta, juga menjadi sorotannya. Ia menulis bagaimana keluhan muncul terkait janji pemilunya yang dilanggar ketika pemerintahannya mengeluarkan izin bangunan di pulau buatan yang direklamasi.
"Keputusannya untuk menutup akses pejalan kaki ke beberapa jalan untuk mengakomodasi pedagang kaki lima juga membuat marah beberapa orang," muatnya.
"Ada juga kekhawatiran tentang transparansi anggaran dan tuduhan dia terlibat korupsi dalam pementasan balapan mobil listrik Formula E. Hal itu dievaluasi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), meski para pembelanya menyebut tudingan itu bermotif politik," ungkapnya.
Soal polarisasi etnis dan kencangnya isu agama juga diungkapkannya. Meski, kental akan dua hal itu, ia berujar kini Anies menggaungkan toleransi dalam kampanya terbarunya.
"Sempat bungkam soal etnis dan agama sejak menjabat (sebagai Gubernur DKI Jakarta), Anies kini angkat bicara prestasinya dalam mendorong toleransi," tulis Pausacker.
"Dia telah menunjukkan bahwa pemerintahnya meningkatkan pengeluaran untuk mendukung semua agama, memberikan izin pembangunan untuk tiga puluh gereja Kristen, mengizinkan lagu-lagu Natal dinyanyikan di jalan, dan mendirikan pohon Natal besar di Jakarta Pusat," jelasnya.
Pausacker mengatakan wajar ini dilakukan Anies. Sebab secara historis, masyarakat Indonesia tidak pernah menunjukkan kecenderungan untuk memilih partai Islam, atau kandidat yang memiliki keyakinan agama yang kuat dalam pemilu nasional.
"Jika bukan karena hubungannya dengan mobilisasi kelompok garis keras Islam pada 2017, Anies mungkin lebih mudah menarik suara protes dari orang-orang yang tidak ingin memilih dua kandidat lainnya (Prabowo, Ganjar), yang keduanya memiliki pandangan yang lebih sekuler. Inilah yang kini menjadi masalah bagi Anies," ungap Pausacker.
"Untuk saat ini, Anies sedang belajar dan melakukan rebranding. Dan terlepas dari hasilnya tahun depan, usia memihaknya, jadi dia akan memiliki kesempatan untuk mencalonkan diri lagi. Mungkin itu sebabnya dia begitu bertekad untuk tetap dalam perlombaan?" tandasnya.
Prabowo Subianto
The Diplomat menyoroti pemilihan presiden RI. Dalam artikel "Prabowo Gains Ground Ahead of Indonesia's Presidential Election", media tersebut menyebut Menteri Pertahanan (Menhan) RI itu mendapatkan banyak dukungan dari kalangan muda.
Prabowo secara mengejutkan mendapat dukungan kelompok tersebut di survey lembaga Indikator pada Juli lalu. Dikutip Senin, lembaga survei tersebut mengatakan dari 1.220 calon pemilih, 36,8% responden memenangkan Prabowo.
Ia unggul tipis dari Ganjar (35,7%) dan Anies (21,5%). Bahkan dalam pertarungan dua arah, Prabowo (49,5%) unggul atas Ganjar (40,9%).
"Terlepas dari masa lalunya yang suram, menteri pertahanan secara mengejutkan mendapat dukungan kuat dari anak muda Indonesia," tulis media itu.
"Yang mencolok dari survei Indikator adalah bahwa survei ini sangat condong ke pemilih yang lebih muda, dengan lebih dari 60% responden berusia di bawah 42 tahun... Hasilnya menunjukkan bahwa Prabowo akhirnya dapat dijangkau, setelah gagal dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2014 dan 2019," lanjutnya
Menurut media tersebut, Prabowo tampaknya merupakan pilihan yang menarik bagi pemilih yang lebih muda. Bahkan jika dibandingkan dengan para pesaingnya yang relatif lebih muda, di mana baik Ganjar dan Anies berusia 54 tahun.
Namun The Diplomat menyorot kedekatannya dengan rezim orde baru. Belum lagi persoalan hak asasi manusia (HAM) saat ia masih menjadi bagian dari pemerintahan Soeharto.
"Prabowo, yang naik pangkat militer di bawah pemerintahan Orde Baru Soeharto, dan pernah menjadi menantu generalissimo Indonesia," tulis media itu.
"Secara kredibel terlibat dalam litani pelanggaran hak asasi manusia, termasuk kekejaman yang dilakukan di zona konflik Timor Timur dan Aceh, dan penculikan aktivis pro-demokrasi di bulan-bulan terakhir pemerintahan Orde Baru," tambahnya.
Lebih lanjut, The Diplomat juga menyebut kemiripan Prabowo dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. Bisa saja kemenangan besar diraih Prabowo seperti Bongbong Marcos.
"Kemenangan tersebut mengakhiri upaya selama puluhan tahun untuk merehabilitasi citra keluarganya dan mengesampingkan ingatan publik tentang korupsi skala besar dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di bawah periode Darurat Militer Marcos Sr," jelas media tersebut.
"Apakah Prabowo menang atau tidak untuk memenangkan kursi kepresidenan Indonesia masih harus dilihat. Namun popularitasnya yang terus berlanjut, seperti kembalinya keluarga Marcos di Filipina, menunjukkan sesuatu yang signifikan tentang kekuatan pemasaran politik dan disinformasi untuk menghapus pelanggaran di masa lalu, dan kondisi politik yang memberikan daya tarik semacam itu," tambahnya.
"Hal ini juga menunjukkan bahwa sementara kaum muda Indonesia telah berada di garis depan perjuangan panjang negara untuk kedaulatan rakyat, sikap politik kaum muda ambivalen dan sulit ditekan menjadi cetakan ideologis yang sederhana," pungkas media tersebut.
Ganjar Pranowo
Pemberitaan pilpres yang menyebut Ganjar Pranowo juga sempat diberitakan media Hong Kong, South China Morning Post (SCMP). Artikel itu sendiri berjudul "Indonesia's Jokowi to reaffirm support for Ganjar Pranowo as presidential election nears ".
"Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang berkuasa telah berusaha untuk menegaskan kembali dukungan Presiden Joko Widodo untuk calon presidennya Ganjar Pranowo, menyusul spekulasi tentang siapa yang akan didukung oleh pemimpin tersebut," muat artikel itu.
"Dengan pemilihan yang semakin dekat pada bulan Februari, pengamat mengatakan bahwa Widodo mungkin lebih suka menteri pertahanannya, Prabowo Subianto mengambil posisi puncak," muatnya lagi.
Media itu pun memasukkan komentar putri Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Ketua DPR Puan Maharani. Apalagi kalau bukan keyakinan Puan akan dukungan penuh ke Ganjar oleh Jokowi.
"Saya yakin Jokowi akan tetap bersama PDI-P," kata Puan.
"Presiden telah didukung dan dipromosikan dua kali [dalam pemilu] oleh PDI-P. Dalam pemilihan berikutnya, dia akan melakukan hal yang sama," tambahnya.
Pemberitaan itu juga memuat bagaimana PDIP menyebut Ganjar dan Jokowi bagai sosok tak terpisahkan. Jokowi pun sempat menjadi penentu tim kampanye Gubernur Jawa Tengah itu disebut "tim tujuh".
"Ada tujuh orang yang ditugaskan Presiden Jokowi, satu tim beranggotakan tujuh orang untuk mencapai target kemenangan Ganjar Pranowo," kata petinggi PDI-P lain, Sekjen Hasto Kristiyanto.
SCMP menyebut Ganjar sebenarnya memimpin poling capres tahun lalu. Namun sejak Mei, mengalami sedikit ketertinggalan dibanding Prabowo.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Prabowo Subianto: Mas Anies, Sorry yeee!
