Berkaca dari RI-Malaysia, Biofuel Terbukti Tekan Emisi Karbon

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
Kamis, 03/08/2023 12:00 WIB
Foto: Sekretaris Jenderal Dewan Negara-negara Produsen Minyak Sawit atau Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) Rizal Affandi Lukman (Dok CPOPC)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sekretaris Jenderal Dewan Negara-negara Produsen Minyak Sawit atau Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) Rizal Affandi Lukman menyatakan, minyak sawit berperan dalam penurunan emisi gas rumah kaca dengan dijadikan biofuel. Hal ini berdasarkan pengalaman dua negara anggota CPOPC yaitu Indonesia dan Malaysia yang juga merupakan anggota ASEAN.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam "ASEAN Chairmanship Energy Sector Event" dengan tema "Driving ASEAN's Sustainable Future: Exploring the Collaborative Role of Biofuels in Energy Development" di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Sebagai bukti Rizal menuturkan, program biofuel di Malaysia berhasil mengurangi 27 juta ton CO2. Selain itu program ini juga membuka lapangan kerja hingga 1,3 juta di seluruh Malaysia dan berdampak pada nilai ekonomi mencapai lebih dari US$ 8 juta.

"Sementara di Indonesia program biofuel ini diharapkan bisa menghemat devisa negara hingga US$ 10 miliar dan mengurangi emisi gas kaca hingga 34 juta ton CO2," jelas Rizal.



Seperti diketahui, minyak kelapa sawit dapat berfungsi sebagai bahan baku biofuel. Adapun Indonesia dan Malaysia, merupakan dua produsen minyak sawit terbesar di dunia yang berkomitmen mengupayakan ekonomi berkelanjutan lewat program biofuel.

CPOPC juga terus mendorong anggotanya untuk mengikuti standar keberlanjutan nasional dan global yang dilampirkan yaitu ISPO dan MSPO Di Malaysia sejumlah kerangka kebijakan dan pedoman diperkenalkan untuk meningkatkan penyerapan dan produksi biofuel.

"Pemerintah Indonesia sangat berambisi menerapkan program transisi energi bersih dan terbarukan target 35% dengan penggunaan B35 pada sektor transportasi tahun ini," ungkap Rizal.

Rizal menegaskan kontribusi ekonomi biofuel berbasis minyak sawit sendiri adalah nyata. Hal ini dapat menciptakan peluang ekonomi baru dan menghasilkan pendapatan bagi masyarakat lokal.

Selain itu lewat program biofuel juga dapat merangsang pembangunan pedesaan dengan menyediakan lapangan kerja di sektor pertanian. Seperti pengolahan, kilang dan transportasi, bahkan meningkatkan pendapatan masyarakat desa hingga lebih dari 50%.

Untuk diketahui, berdasarkan data Kementerian ESDM kebijakan bauran energi berupa biodiesel 30% (B30) terbukti mampu menurunkan emisi karbon dari penggunaan bahan bakar solar sekitar 50% hingga 60%. Pemerintah Indonesia kembali meningkatkan program ke B35 untuk meningkatkan penggunaan minyak nabati sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.

Dari data Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2020-2022, luas lahan sawit Indonesia adalah 14,38 juta hektar. Dengan kemampuan menyerap karbon dioksida (CO2) sebesar 64,5 ton per hektar, maka sawit terhitung mampu menyerap 927,5 juta ton CO2 pada 2022.

 


(rah/rah)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Tarif Ekspor Naik, Emiten CPO Makin Terjepit?