INTERNASIONAL

Setelah Jerman, Korban "Malapetaka" Baru Bumi Nambah: Turki

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
Rabu, 02/08/2023 11:05 WIB
Foto: Bendera Turki (Anadolu Agency via Getty Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Turki menjadi salah satu negara dunia yang terdampak dari fenomena perubahan iklim. Hal ini bahkan telah mengancam industri agrikultur di Negeri Anatolia itu.

Dalam laporan media Turki, Daily Sabah, produsen buah tropis di distrik Alanya di Antalya menghadapi perjuangan berat karena suhu yang terik mengancam panen mereka. Wilayah yang dikenal dengan produksi buah-buahan tropis yang melimpah seperti pisang, alpukat, mangga, dan buah naga, telah bergulat dengan suhu udara yang melonjak.


Presiden Kamar Pertanian Alanya, Tahir Göktepe, menyoroti bahwa wilayah tersebut mengalami apa yang disebut "panas abad ini", yang menyebabkan penurunan drastis tingkat kelembapan hingga 10%-15%. Kondisi yang tidak menguntungkan ini berdampak pada rumah kaca dan kebun buah tropis, membahayakan proses produksi buah.

Göktepe menekankan bahwa cuaca panas sangat mengganggu produksi, terutama saat musim buah alpukat. Ia menyatakan keprihatinan atas tingkat kerusakan, dengan beberapa kebun alpukat mengalami kehilangan hingga 50% dari hasil panen mereka karena buah jatuh dari pohon sebelum waktunya.

Bilal Öztürk, produsen buah tropis, berbagi perjuangannya dengan cuaca ekstrem, mengatakan musim panas terpanas dalam beberapa tahun terakhir berdampak negatif pada kebun alpukatnya. Ia menyaksikan buahnya menjadi hitam dan rontok sebelum waktunya, mengganggu proses pematangan.

"Untuk mengatasi ini, saya menggunakan obat pelindung daun dan meningkatkan penyiraman untuk mengurangi efeknya," ujarnya dikutip Rabu (2/8/2023).

Menanggapi krisis tersebut, Göktepe, mengeluarkan peringatan kepada produsen, mendorong penerapan langkah-langkah pencegahan. Ia menekankan pentingnya penyiraman yang sering.

"Menyirami tanaman setiap dua hari, untuk alpukat yang ditanam di area terbuka sangat penting. Selain itu, penerapan tanah liat dapat membantu mengurangi pembakaran daun dan buah sambil mencegah buah jatuh. Selain itu, penerapan kalsium secara teratur dapat meningkatkan kualitas produk," paparnya.

Meski begitu, Turki juga saat ini dilanda persoalan kekeringan yang cukup besar. Laporan Daily Sabah lainnya mengatakan deposit air di bendungan Turki mengalami penyusutan yang besar.

Laporan Administrasi Air dan Limbah Istanbul (ISKI) menunjukkan bahwa Bendungan Büyükçekmece juga sangat terpengaruh oleh penipisan air. Tingkat air saat ini di bendungan mencapai 18,47%, sangat kontras dengan 74,55% yang tercatat selama periode yang sama tahun lalu.

"Namun, penyusutan permukaan air tidak terbatas pada Bendungan Büyükçekmece saja. Situasi berlanjut di berbagai bendungan di Istanbul," sebut data ISKI.

Tingkat air keseluruhan di bendungan Istanbul saat ini mencapai 37,49%, menunjukkan penurunan yang signifikan dari pengukuran tahun sebelumnya sebesar 66,79% pada tanggal yang sama. Ini menandai nilai tercatat terendah untuk bulan Juli sejak 2014, menyisakan hanya 325,7 juta meter kubik (mcm) air di waduk Istanbul.

Menurut data ISKI, per 30 Juli, ketinggian air di Bendungan Alibeyköy mencapai 18,89%, Bendungan Büyükçekmece 18,47%, Bendungan Darlık 53,07%, Bendungan Elmalı 28,34%, Bendungan Istrancalar 34,14%, Kazandere 7,69%, Pabuçdere sebesar 4,72%, Sazlıdere sebesar 21,26% dan Bendungan Terkos sebesar 24,93%.

"Bendungan dengan tingkat yang sedikit lebih tinggi adalah Bendungan Ömerli dengan kapasitas pengisian 70,41%," katanya.


(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Detik-detik Mencekam Gempa M6,1 Guncang Turki-Bangunan Roboh