Bumi Mendidih! Banyak Spesies Diprediksi Punah dalam 10 Tahun
Jakarta, CNBC Indonesia - Umat manusia diperkirakan akan mengalami bencana besar, tepatnya gelombang panas di Bumi yang tidak dapat terkendali dan diprediksi bakal terus memanas hingga 10 tahun mendatang.
Pada 2030, kenaikan suhu bumi diproyeksikan akan melampaui 1,5 derajat. Pada 2100, IPCC (Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim) memprediksi laju pemanasan global mencapai 1,8 derajat celcius dan setengah populasi manusia akan hidup di tengah kepanasan dan kelembaban ekstrem.
Panas dan kelembaban ekstrim ini akan melanda sejumlah negara. Mulai dari Asia Tenggara, sebagian Brasil hingga negara-negara di Afrika Barat. Sekarang, pemanasan global juga telah dirasakan di Bumi. Suhunya telah melampaui 1,2 derajat Celcius lebih panas dari masa pra-industri.
Hal tersebut jelas bakal memiliki efek domino dan imbas pada kehancuran makhluk hidup dan isinya. Misalnya seperti peningkatan laju kepunahan spesies, gagal panen, hingga 'tipping point' pada perubahan sistem iklim yakni kematian koral dan mencairnya es di kutub.
Sejatinya, beberapa negara kaya telah merencanakan untuk melakukan gerakan karbon netral. Namun gerakan tersebut baru terlaksana hingga 2050, yang diminta Sekjen PBB Antonio Guterres untuk dipercepat 10 tahun.
Namun di sisi lain, Ketua IPCC, Lee Hoesung menuturkan meski sudah ada gerakan karbon netral, dia masih menemukan kepentingan politik antar negara yang menghambat adanya kerja sama penurunan suhu bumi. Padahal, pihaknya sendiri mengaku sudah mengetahui cara menghindari fenomena tersebut.
"Kami tahu caranya, punya teknologi, peralatan, dan anggaran - semua yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan iklim yang sudah kita kenali sejak lama. Satu-satunya yang kurang adalah kemauan politik yang kuat," kata Lee Hoesung, dikutip dari AFP, Minggu, (30/7/2023).
Dataran es seluas 20 kali Pulau Jawa mulai lumer
Di sisi lain, es di wilayah Antartika diketahui terus mencair. Catatan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) pada 27 Juni 2023 lalu, luas laut es-nya hampir 2,6 juta kilometer persegi atau di bawah rata-rata sepanjang tahun ini.
Luas tersebut 20 kali dari luas Pulau Jawa. Pulau tersebut memiliki luas sekitar 128.297 km persegi. Saat ini, Antartika masuk ke musim dingin, seharusnya pertumbuhan es laut lebih cepat. Namun ternyata tidak terjadi seperti periode serupa pada tahun-tahun sebelumnya.
"Pada fase pertumbuhan musim dingin, es laut Antartika mencapai rekor terendah sepanjang tahun ini," tulis NOAA dalam akun Twitternya.
"Luas es laut mendekati setengah juta mil persegi di bawah batas terendah sebelumnya, diamati pada tahun 2022".
Penyusutan es laut telah terjadi hampir di seluruh pinggiran benua. Kecuali yang berada di Laut Amundsen dan Antartika Barat.
Hingga sekarang, es laut Antartika tersisa 11,7 juta km persegi. Diperkirakan area tersebut akan bertumbuh pada akhir September, saat luas es laut mencapai titik puncaknya yakni sekitar 18,4 juta km persegi.
Sementara titik terendah es laut terjadi pada akhir Februari hingga awal Maret, yakni saat musim semi dan musim panas. Total luas minimum saat itu adalah 2,5 juta km persegi.
Para peneliti telah melakukan pengukuran tingkat laut es Antartika. Secara konsisten terus di bawah rata-rata pada periode 1981-2010, dan rekor terendah harian sejak April 2023.
(Eqqi Syahputra/hsy)