Impor Minyak Bikin RI Menjerit, Menteri ESDM Serukan Ini

Verda Nano Setiawan, CNBC Indonesia
28 July 2023 12:10
Foto : REUTERS/Lucas Jackson/
Foto: REUTERS/Lucas Jackson/

Pekanbaru, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mendorong agar pencarian cadangan minyak dan gas bumi di Indonesia terus digencarkan. Hal tersebut seiring dengan kenaikan impor komoditas tersebut yang cukup membebani keuangan negara.

Menurut Arifin, produksi minyak dan gas bumi (migas) nasional saat ini berkisar di level 1,8-1,9 juta barel setara minyak per hari (BOEPD). Sementara impor minyak RI telah mencapai lebih dari 1 juta BOEPD.

"Kita produksi kurang lebih 1,8-1,9 juta BOEPD. Tetapi kita masih impor kurang lebih 1 juta BOEPD dan jumlah ini terus meningkat, belum lagi gas LPG," kata Arifin ditemui di Lapangan Duri, Blok Rokan, Riau, Kamis (27/7/2023).

Oleh sebab itu, pemerintah terus berupaya agar potensi migas yang ada di Indonesia dapat segera dikembangkan, salah satunya melalui pengembangan Migas Non Konvensional (MNK). Pasalnya, sejauh ini pemanfaatannya dinilai belum optimal.

Arifin menilai, apabila tidak melakukan kegiatan apa-apa, maka Indonesia akan semakin terbebani impor minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri.

"Ini menyedot devisa sedemikian banyak, kita harus berupaya keras untuk bisa mengurangi ketergantungan importasi kita, sehingga devisa itu bisa kita manfaatkan untuk menciptakan kesejahteraan," kata Arifin.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor migas RI pada Juni 2023 tercatat mencapai US$ 2,22 miliar. Ini artinya, impor migas pada Juni 2023 ada kenaikan dibandingkan catatan impor pada Maret 2023 yang sebesar US$ 20,59 miliar.

Sebelumnya, BPS mencatat impor Indonesia pada Maret 2023 melesat naik 29,33% dari US$ 15,92 miliar pada Februari 2022 menjadi US$ 20,59 miliar. Termasuk impor untuk minyak.

Deputi bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS Imam Machdi mengatakan, impor minyak bahkan menjadi penyumbang defisit neraca perdagangan di tengah kinerja surplus total neraca perdagangan US$ 2,91 miliar pada Maret.

"Neraca perdagangan komoditas migas defisit US$ 1,68 miliar dengan komoditas penyumbang defisit utama minyak mentah dan juga hasil minyak," kata Imam saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (17/4/2023).

Peningkatan impor migas disebabkan oleh bertambahnya impor minyak mentah US$ 286,1 juta atau naik 54,18 persen, hasil minyak US$ 315,0 juta atau 21,09 persen, dan gas US$ 7,1 juta naik 1,85 persen.

Adapun rinciannya untuk impor minyak mentah pada Maret 2023 sebesar US$ 814,2 juta, naik dari catatan Februari 2023 sebesar US$ 528,1 juta dan catatan Maret 2022 yang sebesar US$ 657,7 juta.

Sementara itu, impor hasil minyak sebesar US$ 1,8 miliar pada Maret 2023. Naik dari catatan pada Februari 2023 sebesar US$ 1,49 miliar, meski turun dari catatan impor pada Maret 2022 sebesar US 2,35 miliar.

Khusus untuk impor hasil minyak, tertinggi pada Maret 2023 berasal dari Singapura sebanyak 879,3 ribu ton dengan nilai US$ 712,7 juta, Malaysia 813,4 ribu ton senilai US$ 587,0 juta, India 215,5 ribu ton dengan nilai US$177,1 juta, Saudi Arabia 69,8 ribu ton senilai US$77,9 juta, dan Korea Selatan 93,1 ribu ton senilai US$77,5 juta.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Diduga, Ternyata Segini Harta Karun Bukan Migas Biasa RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular