
3 Musuh AS Kopi Darat di Asia, Perang Baru di Depan Mata?

Jakarta, CNBC Indonesia - Tiga negara yang dikenal "musuh" Amerika Serikat (AS) kini sedang bertemu di Asia. Mereka adalah Korea Utara (Korut), China dan Rusia.
Pertemuan sendiri dilakukan di Pyongyang, di tengah rangkaian Hari Kemenangan yang digelar Korut, dalam memperingati 70 tahin perang Korea. Korut secara teknis masih berperang dengan Korea Selatan (Korsel) meski pada 27 Juli 1953, keduanya melakukan gencatan senjata.
Mengutip AFP, Kim Jong Un menerima langsung utusan Rusia, Menteri Pertahanan Sergei Shoigu. Ia juga bertatap muka dengan delegasi China yang dipimpin anggota politburo Li Hongzhong.
Melansir kantor berita lokal Korut KCNA, Shoigu menjadi tamu asing pertama yang diterima Kim sejak dimulainya pandemi Covid-19. Korut sebelumnya menutup perbatasannya dari dunia luar karena wabah.
"Pertemuan tersebut berfungsi sebagai kesempatan penting dalam mengembangkan lebih lanjut hubungan strategis dan tradisional DPRK-Rusia seperti yang dipersyaratkan oleh abad baru," tulis media itu dimuat Kamis (27/7/2023).
Dilaporkan pula bagaimana Kim menerima surat bertanda tangan Putin. Disebutkan keduanya menyinggung masalah pertahanan dan keamanan nasional di tengah lingkungan regional dan internasional.
"Rusia diperlihatkan senjata dan peralatan tipe baru," muat KCNA lagi.
Sementara itu dengan delegasi China, Kim disebutkan juga bertukar surat. Namun pernyataan kemitraan lebih lanjut tak jelas dipaparkan.
Beijing adalah sekutu terpenting dan penyumbang ekonomi Korut sejak 1950-an. Kim mengatakan kepada delegasi China bahwa rakyat Korut tidak akan pernah melupakan fakta bahwa prajurit pemberani dari China pernas menumpahkan darah untuk mewujudkan kemenangan perangnya di Korea.
Pertemuan ketiganya terjadi di tengah makin panasnya hubungan Rusia dengan Barat karena perang Ukraina. Karena invagina Moskow kini dijatuhi sejumlah sanksi oleh AS-CS.
China juga berseteru karena sejumlah hal dengan AS, termasuk pengaruh di Pasifik. Terbaru keduanya bahkan memulai perang dagang terkait produksi chip.
"Korut jelas menggunakan perang untuk mempererat hubungan," kata kepala bidang Korea di Center for Strategic & International Studies, mengutip Sky News.
"Korut menjadi paling khawatir ketika hubungan AS-China atau AS-Rusia baik atau membaik. Karena (mereka) ada paranoia konstan dari kesepakatan kekuatan besar yang akan membuat Pyongyang ditinggalkan oleh Beijing atau Moskow," tambahnya.
Semenjak perang Rusia dan Ukraina terjadi ketakutan akan munculnya perang dingin kembali muncul. China, Rusia, dan Korut dikhawatirkan membuat blok sendiri guna menandingi AS dan NATO.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Gaya Kim Jong Un, Saat Tinjau Pabrik Senjata Utama
