Internasional

Negara Muslim Ini Mau Bangkrut, Eropa Ketakutan!

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
26 July 2023 14:21
Pendukung Serikat Buruh Umum Tunisia (UGTT) memprotes Presiden Kais Saied, menuduhnya mencoba untuk menahan kebebasan dasar, termasuk hak-hak berserikat, di Tunis, Tunisia 4 Maret 2023. (REUTERS/ZOUBEIR SOUISSI)
Foto: Pendukung Serikat Buruh Umum Tunisia (UGTT) memprotes Presiden Kais Saied, menuduhnya mencoba untuk menahan kebebasan dasar, termasuk hak-hak berserikat, di Tunis, Tunisia 4 Maret 2023. (REUTERS/ZOUBEIR SOUISSI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Negara-negara Barat khawatir keruntuhan ekonomi di Tunisia dapat memicu arus migran yang lebih besar ke Eropa, sehingga mereka telah menawarkan bantuan keuangan. Namun prospek Tunisia mendapat kesepakatan terbesar tampak tak akan terjadi.

Dilansir AFP, Rabu (26/7/2023), negara yang dilanda inflasi dan terlilit hutang sempat mencapai kesepakatan tentatif untuk pinjaman dana talangan US$1,9 miliar (Rp28,5 triliun) dari Dana Moneter Internasional (IMF) pada Oktober.

Salah satu syarat agar bisa mendapatkan dana talangan IMF, Tunisia harus melakukan "program reformasi ekonomi komprehensif" yang akan menghapus subsidi bahan bakar dan listrik.

Uni Eropa pada Juni juga mengatakan dapat menawarkan pinjaman jangka panjang sekitar 900 juta euro (Rp15 triliun) ke Tunisia jika negara itu mengikuti program reformasi yang didukung IMF.

Namun, Presiden Tunisia Kais Saied telah berulang kali menolak diktat asing yang akan menyebabkan lebih banyak kemiskinan.

Sejak itu, Saied menegaskan kembali pembelaannya terhadap subsidi dan melanjutkan serangannya terhadap sistem keuangan internasional.

Pada konferensi Roma, Saied kembali menyerukan lembaga keuangan global baru, untuk membangun tatanan manusia baru di mana harapan menggantikan keputusasaan. Dia melontarkan gagasan mengambil kelebihan uang dari orang kaya untuk diberikan kepada orang miskin, tetapi itu tidak mudah.

Direktur regional IMF Jihad Azour mengindikasikan pada pertengahan April bahwa dirinya belum menerima permintaan apa pun dari Tunisia untuk merevisi programnya.

Defisit anggaran Tunisia sebesar 8% pada tahun 2022 seluruhnya muncul sebagai akibat dari subsidi negara, sebagian besar untuk energi, setelah invasi Rusia ke Ukraina mendorong kenaikan harga global.

Angka resmi menunjukkan tagihan subsidi bahan bakar negara melonjak 370% dalam setahun pada paruh pertama tahun 2022. Sehingga utang negara adalah sekitar 80% dari produk domestik bruto (PDB).

Migran ke Eropa

Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell khawatir bahwa keruntuhan secara ekonomi atau sosial di Tunisia akan memicu aliran baru migran ke Eropa.

Italia mengatakan kedatangan migran melalui laut melonjak tahun ini, kebanyakan dari Tunisia dan Libya.

"Tunisia adalah negara yang berada dalam kesulitan ekstrem dan jelas menyerahkannya pada nasibnya dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat serius," kata Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni kepada wartawan di Roma pada Minggu.

Akibat banyaknya pengangguran dan inflasi yang diperburuk oleh dampak dari invasi Rusia ke Ukraina, banyak orang Tunisia telah bergabung dengan orang Afrika sub-Sahara dalam eksodus dari Tunisia, yang terletak hanya 130 kilometer (80 mil) dari pulau Lampedusa, Italia.

Sementara itu, di luar situasi ekonomi, Uni Eropa dan Washington diganggu oleh meningkatnya otoritarianisme Saied.

Dia diketahui telah merebut kekuasaan yang luas sejak memecat pemerintah pada Juli 2021 dan kemudian membubarkan parlemen serta mendorong melalui konstitusi untuk menggantikan yang disetujui pada 2014 setelah revolusi Musim Semi Arab di negara itu.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sebut RI Berpengalaman, Tunisia Minta Bantuan untuk Hujan Buatan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular