
Luhut Ngomel ke Bank Dunia, Ternyata Ini Akar Masalahnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Menko bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan 'kesal' dibuat Logistics Performance Index (LPI) yang dirilis Bank Dunia (World Bank) beberapa waktu lalu. Laporan itu menyebutkan, LPI Indonesia pada 2023 turun drastis. Dari 139 negara, Indonesia menempati peringkat ke-63, atau turun 17 peringkat dari peringkat ke-45 di tahun 2018.
Menurutnya, Indonesia memiliki puluhan pelabuhan besar yang beroperasi. Bahkan, ini belum mencakup pelabuhan yang kecil-kecil. Sementara itu, Luhut melihat Singapura memiliki satu pelabuhan besar saja sehingga nilainya tidak sebanding.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan, pembangunan infrastruktur di Tanah Air dilakukan secara matang, hingga mampu membuat efisiensi biaya-biaya di industri.
Airlangga mengakui, biaya logistik memang bisa naik di industri bila pembangunan infrastrukturnya tidak terkoneksi satu dengan lainnya. Misalnya antara kawasan industri dengan infrastruktur jalan dan pelabuhan.
"Kunci kawasan industri adalah akses kepada pelabuhan dan jalan. Jadi kalau ada kawasan tanpa pelabuhan, tanpa jalan, biaya logistik nya pasti sangat tinggi plus energi," kata dia dalam acara National Strategic Project di Jakarta, Rabu (26/7/2023).
Namun, baginya kondisi itu tidak terjadi di Indonesia, lantaran setelah membangun 135 kawasan industri di berbagai tempat, biaya logistik dan energi di Indonesia masih jauh lebih rendah dibandingkan negara lain.
Ia mencontohkan dengan besaran biaya listrik di Papua Nugini yang mencapai 28 sen per Kwh, sedangkan di Indonesia hanya mencapai 6 sen per Kwh. Maka banyak kawasan industri yang percaya diri membangun pembangkit listrik sendiri di wilayahnya.
"Jadi betapa tidak efisiennya salah satu negara tersebut. Nah ini yang membuktikan bahwa infrastruktur kita dibangun dengan efisien, cepat, dan mempunyai daya saing. Salah satu industri kaca masuk karena gas murah," tutur Airlangga.
Sementara itu, CEO Supply Chain Indonesia Setijadi mengatakan, peningkatan atau penurunan LPI harus diterima secara terbuka.
"LPI tidak menggambarkan kinerja sektor logistik secara keseluruhan atau biaya logistik secara spesifik. Namun, LPI bisa merupakan fenomena gunung es yang mengindikasikan keberadaan berbagai persoalan dalam sektor logistik," katanya, dikutip Rabu (26/7/2023).
"Tanpa melihat perubahan peringkat atau perbandingannya dengan negara lain, LPI dapat digunakan untuk analisis perbaikan. Dengan menganalisis perubahan skor setiap dimensi. Misalnya analisis dan prioritas perbaikan pada dimensi-dimensi dengan penurunan skor terbesar pada LPI 2023, yaitu timelines (turun dari 3,7 menjadi 3,3)," ujar Setijadi.
Sebelumnya, Luhut mengungkapkan tak menerima laporan yang dirilis Bank Dunia itu. Di mana di lingkup ASEAN, kinerja logistik Indonesia kalah dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Luhut pun jengkel atas rapor logistik Indonesia ini. Dia berencana mengundang Bank Dunia untuk berdialog soal LPI Indonesia ini.
"Kalau dilihat setelah vakum selama 5 tahun, performance index logistik kita kembali dirilis World Bank. Saya nanti akan undang World Bank saya mau tanya dimana kelemahan kita agar kita tahu dan kita perbaiki. Jangan tahu-tahu kita turun 17 peringkat dari 43 menjadi 66. Eh di mana, tell me. Kita perlu transparansi semua. Kau cari dimana," katanya dalam diskusi di Gedung Merah Putih KPK, dikutip Senin (20/7/23).
(dce/dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Airlangga Hartarto Dipanggil Kejagung Soal Kasus CPO