Bisa Jadi Raja! RI Lagi Bangun Pabrik Kuncian Ini

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
26 July 2023 13:15
smelter Vale
Foto: Vale

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia terus mengejar mimpinya untuk menjadi 'raja' baterai listrik dunia. Untuk mendukung itu, Indonesia saat ini sedang membangun pabrik lithium dalam negeri yang mana lithium itu sendiri merupakan barang tambang sebagai komponen penting dalam produksi baterai listrik.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Septian Hario Seto menyebutkan bahwa pabrik lithium yang saat ini tengah dibangun di Morowali, Sulawesi Tengah merupakan pabrik 'kunci' untuk melengkapi rantai pasok produksi baterai EV di Indonesia.

"Saya pikir ini akan menjadi kunci untuk rantai pasokan baterai kita. Ya, karena tanpa penyulingan lithium ini akan sangat sulit. Untuk memenuhi ambisi kami untuk bergerak lebih jauh ke hilir di ekosistem ini di sini," jelas Seto dalam acara "Nickel Conference 2023" CNBC Indonesia di Jakarta, dikutip Rabu (26/07/2023).

Seto mengklaim pabrik itu akan memiliki kapasitas hingga 60 ribu ton litihum yang terbagi menjadi dua jenis yakni Lithium Hidroksida dan Lithium Karbonat. "Saya pikir yang paling penting adalah bahan katoda. UC sebenarnya singkatan dari under construction," ucapnya.

Lebih lanjut, Seto menjelaskan bahwa lithium hidroksida sendiri bisa diproduksi dan digunakan untuk jenis baterai NMC (Nikel, Mangan, Kobalt). Sedangkan, lithium karbonat bisa digunakan untuk jenis baterai EV LFP (Lithium, Iron, Phosphate).

"Jadi lithium hidroksida yang kita miliki, yang sedang dibangun di Morowali akan memiliki kapasitas 60.000 ton lithium, dibagi menjadi 50.000 ton lithium hidroksida, ini untuk baterai NCM, lalu 10.000 ton lithium karbonat untuk baterai LFP," tambahnya.

Adapun, sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan mengatakan Negeri Kanguru alias Australia tak ragu menyetujui penambahan 60 ribu ton ekspor lithium ke Indonesia.

Luhut menyebut Pemerintah Australia awalnya sepakat bahwa 60 ribu ton lithium yang diekspor ke Indonesia setiap tahunnya akan diproses di Morowali mulai tahun depan. Namun, Indonesia meminta adanya tambahan 60 ribu ton ekspor lithium kembali dari Australia.

Namun bedanya, dalam tambahan kali ini Pemerintah Indonesia juga meminta agar Australia turut terlibat dalam proyek hilirisasi produksi baterai kendaraan listrik di Indonesia dengan memiliki ekuitas. Dengan demikian, Indonesia dan Australia memiliki ekuitas dalam proyek baterai kendaraan listrik, meski nantinya teknologi dari Tiongkok.

"Kita kan sudah impor 60 ribu ton lithium dan kita smelting di Morowali akan mulai saya kira awal tahun depan proses smelternya. Kemarin ke sana kita minta lagi bisa gak 60 ribu lagi tapi kalian ikut partisipasi, ada equity juga," kata Luhut dalam acara Economic Update 2023 CNBC Indonesia, Senin (10/7/2023).

Dengan tambahan tersebut, maka fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) yang akan terbangun merupakan milik Indonesia-Australia. Sementara itu, teknologi pengolahannya nantinya dapat menggunakan dari Tiongkok.

"Itu disetujui Perdana Menterinya karena saya juga menyampaikan dalam bilateral diminta Presiden dan sampaikan itu," kata dia.

Di samping itu, menurut Luhut Menteri Perindustrian Australia pada 24 Juli 2023 mendatang kemungkinan juga akan melakukan kunjungannya ke Indonesia. Kunjungan tersebut antara lain untuk melihat progres kemajuan hilirisasi yang telah dilakukan Indonesia sejauh ini.

"Saya bilang, kita ketemu langsung ke industrinya, kita ajak ke Weda Bay kemudian kita ajak juga melihat program yang lain, mereka sangat antusias sekali untuk kerja sama," ujarnya.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Bakal Punya Pabrik Lithium Raksasa di Morowali

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular