
Pasar Saham RI Kalah Telak dari Singapura, Thailand & India

Jakarta, CNBC Indonesia - Kapitalisasi pasar saham Indonesia ternyata kalah telak dari peer countries atau negara sesama, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan India.
Tercatat, kapitalisasi pasar Indonesia masih mencapai 49% dari PDB per Juli 2023, sementara China mencapai 58%, Malaysia 87%, Singapura 88%, Thailand 106% dan India 106%.
Hal ini mengambarkan bahwa tingkat kedalaman pasar di Indonesia masih rendah dibandingkan negara lain. Padahal, kedalaman pasar ini dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi suatu negara.
"Market cap Indonesia 49%. Ini artinya market cap, pasar saham RI, lebih kecil dari banyak negara di sini. Termasuk Malaysia, Singapura dan Thailand yang merupakan negara-negara Asia," ujar Head of Asia Equities at Fullerton Fund Management Jee Meng Choo, dalam Nickel Conference 2023, dikutip Rabu (26/7/2023).
Data ini, lanjut Choo, menunjukkan betapa pentingnya Indonesia memperbesar kapitalisasi pasarnya. Choo yakin pasar saham Indonesia memiliki potensi untuk tumbuh. Namun, ada hal-hal penting yang harus dilakukan untuk mengembangkannya. Salah satunya adalah memberikan edukasi yang benar terkait dengan pasar saham, di mana bursa adalah tempat tepat untuk memperkaya aset.
Selain itu, menggiring atau membentuk perusahaan yang nantinya listing di pasar modal juga menjadi langkah yang penting.
"Sehingga pasar saham Indonesia tidak hanya didominasi oleh perbankan. Saat ini, porsi perbankan cukup besar," kata Choo. Padahal investor menyukai pasar saham dengan berbagai macam sektor, di mana mereka bisa membeli saham sektor kesehatan, consumer dan lainnya.
Lebih lanjut, Choo mengungkapkan investor melihat pasar saham Indonesia termasuk yang likuid di Asia, bahkan melampaui Malaysia dan Filipina. Buktinya, dari data saham dengan nilai kapitalisasi US$ 6 juta, Indonesia memiliki 11 saham. Sayangnya, Choo tidak mengatakan saham apa saja.
Sementara itu, Malaysia memiliki 5 saham dan Filipina nihil. Posisi Indonesia masih kalah dari Singapura memiliki 27 saham, Thailand 46 saham dan India 162 saham.
"Mereka memiliki banyak saham likuid yang bisa dibeli dan jual investor kapan pun," kata Choo.
Di Indonesia, Choo membeberkan persepsi investor asing selalu "Saya membeli saham bank" atau "Ah, saya hanya bisa beli saham telko" karena yang lainnya tidak cukup likuid.
"Saya pikir likuiditas harus diperbaiki karena itu akan menolong pasar saham," tegasnya.
Indonesia sendiri sebenarnya telah meluncurkan peta jalan atau roadmap pasar modal Indonesia pada 2023-2027. Peta ini disusun oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama pelaku sektor keuangan. Kapitalisasi pasar diperkirakan bisa mencapai Rp 15.000 triliun atau 70% dari produk domestik bruto.
Jumlah investor pasar modal diperkirakan lebih dari 20 juta, rata-rata nilai transaksi harian Rp 25 triliun per hari dan jumlah perusahaan tercatat mencapai 1.100 perusahaan serta nilai dana kelolaan industri sebesar Rp 1.000 triliun.
Inarno Djajadi, Anggota Dewan Komisioner OJK, memaparkan langkah yang akan ditempuh meliputi akselerasi pendalaman pasar melalui keberadaan variasi produk dan layanan jasa sektor keuangan yang efisien.
"Pengembangan instrumen pasar modal ya yang beragam ya dan bersifat lintas industri ya memberikan kesempatan bagi investor untuk memperluas investasi dan meningkatkan likuiditas pasar," terangnya, dikutip Rabu (26/7/2023).
Kemudian akselerasi pada keuangan berkelanjutan, penguatan peran pelaku industri dalam pengembangan sektor keuangan, peningkatan perlindungan investor dan penguatan layanan keuangan digital.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mau Cuan dari Saham, Begini Strateginya
