Internasional

Eks Wagner Bikin Pusing Warga Rusia: Hobi Mabuk-Bunuh Orang

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
21 July 2023 10:00
Situasi berbeda terjadi di sebuah kota di Rusia selatan yang diserbu pasukan tentara bayaran Wagner Grup. Suara sirene ambulans dan mobil polisi meraung-raung pada Sabtu (24/6) di kota Rostov-on-Don, yang menjadi basis serangan Rusia ke Ukraina tersebut. (REUTERS/STRINGER)
Foto: REUTERS/STRINGER

Jakarta, CNBC Indonesia - Kecemasan melanda warga Rusia yang tinggal atau berdekatan dengan anggota kelompok paramiliter Wagner yang tak aktif. Beberapa dari mereka bahkan telah meresahkan warga dengan membuat keonaran.

Wagner merupakan salah satu kubu pendukung Moskow yang menonjol dalam operasi Kremlin untuk menguasai Ukraina Timur. Salah satu kota di wilayah ini, Bakhmut, diketahui telah menjadi pusat pertempuran paling sengit antara kelompok pimpinan Yevgeny Prigozhin itu melawan Kyiv selama berbulan-bulan.

Untuk mengisi pasukannya, Prigozhin mengatakan ia telah merekrut 50.000 narapidana di penjara-penjara Rusia. Para pejabat militer Barat mengatakan para narapidana membentuk sebagian besar pasukan Wagner di sana.

Wagner kemudian memberontak pada 24 Juni lalu. Ini disebabkan ketidakpercayaan kelompok itu pada rezim pertahanan Rusia yang dipimpin Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan Kepala Staf Umum, Valery Gerasimov. Kedua figur itu dirasa tak mampu menyokong Wagner dengan logistik yang cukup selama perang di Ukraina.

Selain itu, Prigozhin menuduh Menteri Pertahanan Sergei Shoigu memerintahkan serangan roket ke kamp lapangan Wagner di Ukraina dan menewaskan banyak tentaranya. Ia juga menegaskan aksinya bukanlah merupakan kudeta.

Dalam aksinya, Wagner mengambil alih pusat komando Selatan militer Rusia di kota Rostov-on-don. Mereka kemudian bergerak menuju Moskow dan menguasai wilayah hingga kota Voronezh, yang merupakan pertengahan jalan antara ibu kota dan Rostov-on-don.

Kemudian, pemberontakan bersenjata tiba-tiba dibatalkan sehari setelahnya. Peskov mengatakan tuntutan pidana terhadap Prigozhin dibatalkan setelah pasukannya mundur. Ini dilakukan dengan andil dari Presiden Belarus Alexander Lukashenko, yang menawarkan Prigozhin dan pasukannya keamanan di negara pimpinannya.

Meski telah membatalkan aksinya, banyak dari anggota Wagner yang masih ditempatkan di sebuah lokasi tertentu. Laporan terbaru menyebut ada 400 dari mereka yang tinggal di hotel-hotel di Anapa.

Seluruh anggota Wagner yang tinggal di lokasi itu diminta tinggal di hotel dengan tarif per malam berkisar antara US$ 25 (Rp 376 tribu) hingga US$ 80 (Rp 1,2 juta) per hari.

"Para mantan narapidana tidak dapat meninggalkan hotel sampai mereka menerima pengampunan, pembayaran dan dokumen yang mencakup formulir pembebasan, bukti bahwa mereka bertempur dalam perang dan penilaian dokter," lapor iStories seperti dimuat Newsweek, Kamis (20/7/2023).

Ada juga keluhan di ruang obrolan tentang perilaku para pejuang Wagner di kota tersebut, menyebabkan masalah di kota tersebut di mana seseorang mengatakan bahwa mereka "tidak diterima" dan sering terlihat mabuk.

Seorang kerabat mengatakan kepada outlet itu bahwa Wagner ingin membebaskan militernya dari hotel pada 29 Juli. Kerabat lainnya mengatakan bahwa para pasukan dapat kembali ke rumah atau memperpanjang kontrak untuk pergi ke Belarus atau Afrika, di mana mereka memiliki kehadiran yang kuat.

Selain itu, keresahan juga dialami oleh warga yang kedapatan telah memperoleh salah satu anggota Wagner yang telah kembali ke huniannya. Pasalnya, beberapa dari mereka merupakan tahanan atas aksi kriminal, sebelum diampuni karena bergabung di perang Ukraina.

Salah satunya adalah Ivan Rossomakhin. Saat ia pulang dari perang di Ukraina tiga bulan lalu, tetangganya di desa Timur Moskow ketakutan. Tiga tahun lalu, ia dihukum karena pembunuhan dan dijatuhi hukuman penjara yang lama tetapi dibebaskan setelah menjadi sukarelawan untuk bertarung dengan Wagner.

Di desanya bernama Novy Burets, Rossomakhin dengan mabuk berkeliaran di jalan-jalan dusun. Ia membawa garpu rumput dan mengancam akan membunuh semua orang.

Meskipun polisi berjanji untuk mengawasi mantan narapidana berusia 28 tahun itu, ia ditangkap di kota terdekat dengan tuduhan menikam sampai mati seorang wanita tua. Rossomakhin dilaporkan mengaku melakukan kejahatan tersebut, kurang dari 10 hari setelah ia kembali.

Insiden lain termasuk perampokan sebuah toko di mana seorang pria menahan seorang pramuniaga di bawah todongan pisau, pencurian mobil oleh tiga mantan narapidana dimana pemilik kendaraan dipukuli dan dipaksa untuk menyerah, serta pelecehan seksual terhadap dua siswi.

Di Kaliningrad, seorang pria ditangkap karena melakukan pelecehan seksual terhadap seorang gadis berusia 8 tahun setelah mengambilnya dari ibunya.

"Berapa banyak lagi dari mereka yang akan segera kembali?," ujar salah seorang kerabat gadis itu kepada Associated Press.

Presiden Rusia Vladimir Putin baru-baru ini mengatakan tingkat residivisme di antara mereka yang dibebaskan dari penjara melalui tugas di Ukraina jauh lebih rendah daripada rata-rata di Rusia. Tetapi para pendukung hak asasi mengatakan kekhawatiran tentang banyak orang yang kemungkinan ingin melakukan kejahatan.

"Orang-orang sama sekali tidak memiliki hubungan antara kejahatan dan hukuman, suatu tindakan dan konsekuensinya. Dan bukan hanya narapidana yang melihatnya. Orang bebas juga melihatnya bahwa Anda dapat melakukan sesuatu yang buruk, mendaftar untuk perang dan tampil sebagai pahlawan," tutur direktur kelompok hak asasi tahanan Russia Behind Bars, Olga Romanova.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Diusir Putin, Wagner Diduga Buat Pangkalan Militer di Belarus

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular