
Mulai Dibangun, Segini Potensi Pabrik Pupuk Kaltim di Fakfak

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) mulai merencanakan pembangunan pabrik baru pupuk di kawasan industri Fakfak, Papua Barat. Proyek yang merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional ini merupakan upaya PKT dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
Adapun lokasi proyek pabrik baru pupuk di kawasan tersebut telah ditinjau Wakil Presiden RI, K.H Ma'ruf Amin yang didampingi Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.
Bahlil menyampaikan bahwa kunjungan tersebut merupakan perhatian khusus dari Wakil Presiden dalam menangani percepatan pembangunan. Upaya ini juga termasuk dalam rangka percepatan melakukan pertumbuhan ekonomi, salah satu di kabupaten Fakfak.
"Masa depan Indonesia itu adalah Papua. Pertanian modern ke depan yang akan dikembangkan di wilayah Timur yaitu di Papua. Pabrik pupuk yang dibangun di Papua, di Fakfak, itu tidak hanya memenuhi stok dalam negeri, tentu juga untuk ekspor," ujar Bahlil dalam keterangan tertulis, Senin (17/7/2023).
Sementara itu, Direktur Utama PKT, Rahmad Pribadi menjelaskan bahwa PKT telah mengamankan beberapa infrastruktur terkait dimulainya proyek ini. Salah satunya untuk pasokan gas yang sudah dipastikan akan didapat dari Genting Oil Kasuri Pte.Ltd (GOKPL).
Sumber gas yang dipasok untuk proyek pembangunan ini akan diambil dari sumber gas yang telah disepakati, yakni Lapangan Asap, Merah, dan Kido (AMK) di Kasuri, Papua Barat.
"Dengan adanya dukungan dari kementerian, pemerintah daerah, dan masyarakat terkait, bersama-sama kita dapat mengembangkan Proyek Strategis Nasional ini. Dari proyek ini kami mengharapkan adanya pemberdayaan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar, serta terjadinya pemerataan pembangunan khususnya di wilayah Indonesia Timur," kata dia.
Dia menambahkan jika proyek pembangunan berjalan lancar, pabrik tersebut akan mengantarkan industri pupuk nasional menjadi yang terbesar di Asia Pasifik.
"Ini juga yang menjadi cita-cita PKT sebagai penyokong ketahanan pangan nasional sekaligus mengharumkan nama Indonesia di kancah global," ujar Rahmad.
Lebih lanjut dia menjelaskan proyek dengan nilai investasi lebih dari US$ 1 miliar ini nantinya akan memiliki kapasitas produksi pupuk urea sebesar 1,15 juta ton per tahun dan 825 ribu ton per tahun untuk amonia. Kapasitas produksi itu merupakan, kata dia, fase kedua pertumbuhan PKT, yang ditarget mampu terealisasi dalam lima tahun ke depan.
"Ini momentum yang sangat tepat, mengingat pada 2030 kebutuhan urea diperkirakan akan mencapai 6 sampai 7 juta ton. Dengan beroperasinya pabrik baru ini nanti, PKT siap mendukung ketahanan pangan bagi Indonesia dengan penyediaan 4,5 hingga 5 juta ton atau pemenuhan sekitar 70 hingga 80% kebutuhan nasional," tegas Rahmad.
Bukan hanya itu, menurut dia, kehadiran pabrik ini diproyeksikan memberi kontribusi positif pada pendapatan negara hingga Rp 20 miliar per tahun. Kemudian potensi kontribusi pertumbuhan ekonomi domestik melalui porsi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di proyek ini mencapai nilai Rp 10 triliun.
Adapun untuk pendapatan daerah diprediksikan akan menyumbang senilai Rp 15 miliar per tahun.
"Ini yang kami sebut dengan multiplier effect karena semangat kami di PKT tentu tidak untuk profit belaka, tapi juga bagaimana segala inovasi dan aktivitas kami bisa memberikan keberkahan bagi masyarakat. Selama durasi pembangunan proyek, kami memperkirakan penyerapan tenaga kerja 10.000 orang saat masa puncak konstruksi dan sebanyak 400 orang saat operasional," terang dia.
Dia berharap proyek ini dapat mendorong pertumbuhan bisnis pendukung kawasan. Hal ini sebagaimana praktik-praktik pemberdayaan masyarakat yang dilakukan PKT di Bontang.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Kunci Pupuk Kaltim Raih Posisi Ke-3 ESG Risk Rating Dunia